Hidayatullah.com–Tuduhan bahwa Rhoma Irama telah memainkan isu suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) dengan mengajak warga DKI Jakarta memilih pemimpin Muslim dibantah oleh anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM), Saharudin Daming. Menurutnya, apa yang dilakukan Rhoma Irama dalam konteks keislaman adalah urusan kaum Muslim sendiri, di mana dianggap sebagai sebuah kewajiban bagi pemeluk Muslim.
“Itu adalah petikan ayat dalam Al Qur’an dan diperkuat oleh hadits bahwa umat Islam memiliki kriteria dalam memilih pemimpinnya,” tandasnya kepada hidayatullah.com, Senin (05/08/2012).
Menurut Daming, sangat terlalu naïf jika menggiring ceramah Rhoma Irama ke dalam kasus SARA.
Karenanya, jika hal tersebut dimasukkan SARA, maka akan ada banyak sekali orang yang dipidanakan hanya karena mengajak pada entitas tertentu.
“Jadi itu rumitnya hidup dalam negara yang menjunjung tingggi Hak Asasi dan demokrasi di tengah upaya umat Islam menjunjukkan identitas keislamannya,” sambungnya.
Kelompok manapun, menurut Daming, memiliki hak untuk membuat kriteria pemimpin yang akan dipilihnya. Ketika Rhoma Irama membuat kriteria pemimpin yang harus diipilih haruslah seorang Muslim, hal itu sah dan tidak perlu dipersoalkan.
“Apa yang salah dengan memilih pemimpin yang Muslim?” tanyanya.
Rhoma Menangis
Seperti diketahui, dalam sebuah keterangan pers di hadapan Panwaslu, Rhoma menangis menjelaskan pernyataannya yang kini dikritik banyak pihak sebagai pidato berbau suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) baru-baru ini. Rhoma menjelaskan, bahwa apa yang disampaikan adalah al-Quran, namun justru dianggap SARA.
“Saya diundang dalam rangka klarifikasi. Di sana saya mengucapkan sebuah ayat. Allah berfirman bahwa orang Islam dilarang memilih orang kafir sebagai pemimpin,” kata Rhoma, di kantor Panwaslu, Jakarta, Senin (06/08/2012) dikutip Inilah.com. [baca: Anggota Komnas HAM: Rhoma Tidak Sebarkan SARA]
Usai menyampaikan satu kalimat, Rhoma pun menangis, sambil menyeka airmatanya dengan sorbannya.*