Hidayatullah.com – Kisah berbeda harus dijalani oleh Andika P Swasono di hari Idul Fitri 2012 ini. Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) ini harus rela berlebaran jauh dari keluarga. Demi tugas kemanusiaan dan tanggung jawab ukhuwah Islamiyahnya ia berkomitmen menetap di Bangladesh hingga bulan September 2012. Tugasnya belum selesai sebelum kehadiran tim kedua ACT di sana.
“Walau tidak berlebaran dengan keluarga di Indonesia, Alhamdulillah ane bisa berkumpul dengan saudara se-iman di Bangladesh” Jelas Andhika kepada Hidayatullah.com melalui telpon, Minggu (19/08)
Walau jauh, Andhika tetap bersyukur masih bisa mendengar suara sang Istri tercinta dan anak-anaknya. Biasanya ia berkomunikasi dengan keluarga melalui SMS, e-mail hingga teleconverence melalui Skype.
Kejadian seperti ini adalah yang ketiga kali dijalani Andhika. Tahun lalu ia menghabiskan waktunya di Mogadishu saat bertugas membantu kelaparan di Somalia. Saat itu ia ditemani Bapak Imam Akbari, (alm) dr. Adji Suranto, Sp. A, dan dr. Nahdlatul Ulami (Nilam).
Saat Lebaran Haji tahun lalu ia tetap tegar menuntaskan tugas kemanusiaannya. Bersama Bapak Iqbal Setyarso dan Mas Farid Shan ia kembali ke Somalia. Dia menghabiskan Idul Adha 2011-nya di Garissa Kenya. Di Kamp Ifo, Dadaab 300 km dari Nairobi, Andhika menuntaskan amanah membawa hewan-hewan Qurban. Hewan-hewan Qurban itu adalah amanah umat Islam Indonesia untuk rakyat Somalia yang dititipkan melalui ACT.
“Rasa rindu keluarga pasti ada, namun Allah menganugerahkan kenikmatan ketika bisa melihat senyum bahagia mereka (para pengungsi) menerima bantuan dari saudara-saudara mereka dari seberang lautan yang selalu peduli akan nasib mereka” Jelasnya Lelaki yang selalu bersepeda dari rumah hingga ke kantornya di sekretariat ACT Tangerang Selatan ini.
Selama 21 hari di Bangladesh ACT telah mendistribusikan bahan pangan bergizi. Bahan pangan ini sendiri terkonsentrasi kepada para pengungsi Rohingya di Aziz Nagor hingga Cox’s Bazar Bangladesh. ACT juga sedang mempersiapkan untuk menambah pendistribusian pakaian. Termasuk menyembelih sapi untuk perbaikan gizi pengungsi.
“Kondisi pengungsi sangat memprihatinkan. Mereka tidak punya makanan yang layak untuk sahur dan berbuka. Anak-anak di sini bertelanjang dada karena tidak punya baju yang layak. Apalagi belakangan daerah Cox’s Bazar terus diguyur hujan,” tambahnya lagi.
Andhika melanjutkan, ujian yang sangat berat terus dihadapi pengungsi Rohingya. Semua ini karena pemerintah Bangladesh masih melarang bantuan untuk pengungsi. Di pengungsian, mereka juga kesulitan air bersih. Para Pengungsi biasanya berusaha untuk mencari air di sungai-sungai terdekat. Mereka bahkan menggali tanah untuk mencari air.
Tak ada raut kesedihan. Tak perlu keluhan berlebihan. Idul Fitri ini tetap berkesan bagi Andhika. Walau jauh dari keluarga, namun Muslim Rohingya juga tetap bagian keluarga bagi energi keimanannya. Inilah salah satu kemenangan terbesar bagi dirinya di hari yang fitri ini.*