Hidayatullah.com–Rabu sore (07/11/2012), pukul 17.08 keluarga besar Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo berduka. Salah satu kader terbaiknya, KH. Imam Subakir Ahmad, MA, meninggal dunia di RSUD Madiun Jawa Timur.
Almarhum menghembuskan nafas terakhirnya setelah dirawat tiga hari di RSUD Madiun. Sebelumnya, Pembantu Rektor I Institut Studi Islam Darussalam tersebut, pernah menjalani perawatan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Setelah beberapa hari, kondisinya membaik dan menjalani aktivitas di kampus selama beberapa bulan.
Pada hari Jum’at 2 November, almarhum sempat dilarikan ke RSUD Ponorogo karena ada keluhan demam. Namun, atas rekomendasi dokter Kiai Subakir sejak Ahad (04/11/2012) dirawat intensif di RSUD Madiun. Tiga hari setelah dirawat disana, KH Imam Subakir meninggal dunia.
Jenazah dishalatkan di masjid kampus pada Rabu malam dan Kemudian dibawa ke Kompleks Pondok Modern Darussalam Gontor untuk dimakamkan. Dihadiri oleh kader-kader Gontor dan alumni.
Di mata mahasiswa, almarhum dikenal sebagai dosen senior yang paling tegas, disiplin, tapi low profile dan terbuka kepada siapapun.
“Selama 4 tahun bersama beliau, saya tidak pernah sesekali melihat kalau beliau menyematkan gelar akademiknya. Untuk curhat saja, beliau sangat terbuka”, kenang salah seorang alumni ISID Gontor.
Terhitung beliau kader paling sepuh yang dimiliki Pesantren Gontor.
Kiai Subakir lahir di Pacitan, 10 Juli 1935 lulus KMI Gontor pada 1956. Selepas itu, meneruskan studi di Univeritas Darul ‘Ulum Kairo Mesir, hingga pulang pada 1966 untuk mengabdi di Pesantren Gontor.
Di Gontor, almarhum dikenal salah satu pakar bahasa Arab. Karya terbarunya, kamus Al-Wafi, diterbitkan pada 2012. Pernah menjadi Peserta Konferensi Robithoh Al-Jami’ah Al-Islamiyah Al-Azhar Kairo tahun 2007.
Almarhum meninggalkan dua anak, yaitu yaitu Hj. Rosda Diana, MA dan Dr. H. Fairuz Subakir, MA. */Kholili Hasib