Hidayatullah.com–Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor bekerjasama dengan Universiti Teknologi Malaysia (UTM), dan AQL Islamic Center Jakarta, akan menghadirkan pembicara pakar pendidikan internasional, Prof Dr Wan Mohd Nor Wan Daud.
Seminar akan diselenggarakan di AQL-IC Jakarta, pada Sabtu 6 Juli 2013. Sejumlah pembicara lain yang telah menyatakan kesediaan untuk hadir adalah Dr. Adian Husaini (Ketua Prodi magister dan doktor Pendidikan Islam-UIKA Bogor), Assoc Prof Dr Khalif Muammar (pakar pemikiran Islam asal Bandung yang kini berkibar di Malaysia), Dr. Nirwan Syafrin (pakar pemikiran Islam, wakil rektor UIKA Bogor), Dr. Wendi Zarman (pakar sains Islam, dosen UNIKOM Bandung), dan Adnin Armas MA (pakar filsafat Islam, direktur eksekutif INSISTS), juga KH Bahtiar Nasir, Sekjen Majlis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).
Menurut Ketua Panitia, Dr. Nirwan Syafrin, seminar kali ini memiliki arti yang sangat penting bagi UIKA dan Institusi Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia, bahkan di dunia Islam lainnya. Sebab, seminar akan menfokuskan perumusan konsep ideal suatu “Universitas Islam” dan merumuskan formula ideal tentang kurikulum ideal yang seharusnya diterapkan oleh Perguruan Tinggi Islam.
“Karena itu, kami hadirkan sejumlah pakar yang menguasai bidang pemikiran dan pendidikan Islam tetapi sekaligus memahami tantangan pemikiran kontemporer,” kata Dr. Nirwan.
Dr. Wendi Zarman, pakar fisika alumnus S1 dan S2 di ITB yang kemudian menyelesaikan disertasinya doktornya di UIKA Bogor tentang Islamisasi kurikulum sains di sekolah. Adnin Armas, dikenal luas sebagai pakar filsafat Islam yang sangat mumpuni di bidang Islamisasi kurikulum filsafat Islam.
Dr. Khalif Muammar pun kini dikenal luas sebagai pemikir muda yang sangat produktif menghasilkan karya-karya tulis seputar pluralisme, liberalisme, dan pemikiran kontemporer lainnya di bidang pendidikan.
Dr. Khalif adalah sarjana Syariah dari satu universitas di Yordan yang menyelesaikan doktornya di ISTAC-IIUM. Pembicara lain adalah Dr Adian Husaini yang akhir-akhir ini banyak menghasilkan tulisan seputar Pendidikan Islam yang ideal.
Menurut Dr. Nirwan, yang patut disyukuri adalah kehadiran Prof Dr Wan Mohd Nor Wan Daud, sebagai keynote speaker dalam seminar ini.
Nama Prof Wan Mohd Nor sudah sangat dikenal luas di Indonesia dan dunia islam internasional, karena buku-bukunya telah diterjemahkan dalam puluhan bahasa. Di antara karya monumentalnya yang diterbitkan di Indonesia berjudul Filsafat dan Praktik Pendidikan Syed Muhammad Naquib al-Attas dan Rihlah Ilmiah: Dari Neo-modernisme ke Islamisasi Ilmu.
Belum lama ini, pada 26 Juni 2013, Prof Wan Mohd Nor menyampaikan pidato profesorialnya yang sangat bersejarah di UTM, berjudul “ISLAMIZATION OF CONTEMPORARY KNOWLEDGE AND THE ROLE OF THE UNIVERSITY IN THE CONTEXT OF DE-WESTERNIZATION AND DECOLONIZATION.”
Pidato ini dihadiri oleh lebih dari 500 akademisi dari berbagai negara dan disebut-sebut sebagai pidato ilmiah terbaik dalam sejarah kampus tersebut.
Diharapkan, Prof Wan Mohd Nor juga akan membahas kembali pidato ilmiahnya tersebut di Jakarta. Sebab, menurut Dr. Adian, yang sudah membaca naskah pidato setebal 50 halaman itu, pidato Prof Wan itu memberikan argumentasi yang sangat kokoh secara ilmiah tentang keharusan melakukan islamisasi ilmu, khususnya di tingkat Pendidikan Tinggi.
“Membaca pidato ini, kita diyakinkan, bahwa sudah tidak zamannya lagi mempertahankan konsep westernisasi dan kolonialisasi di bidang pendidikan tinggi. Sudah ketinggalan zaman.
Kampus-kampus Islam di Indonesia berpeluang besar menjadi pelopor dalam gerakan dewesternisasi dan dekolonialisasi ini,” ujar Dr. Adian, sebagaimana dikutip dalam siaran pers panitia seminar.*