Berdasarkan data KLHK, dari 857.756 ha total luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sampai 30 September 2019, sekitar 630.451 ha adalah lahan mineral, sementara di lahan gambut sebesar 227.304 ha.

Ia menambahkan, terjadi kenaikan drastis dari Agustus 2019, dengan total 328.724 ha lahan yang habis terbakar dilalap api, sekitar 239.161 ha adalah lahan mineral dan 89.563 ha adalah lahan gambut.

Baca: Kualitas Udara Berbahaya, Sekolah Pulangkan Murid di Jambi

Menurut Raffles, upaya pemadaman terus dilakukan sampai saat ini.

Katanya, kemungkinan jika hujan mulai mengguyur, maka titik panas dan luas lahan yang terbakar akan mengalami penurunan dalam beberapa bulan ke depan.

Ia mengatakan, pihak-pihak terkait sudah berusaha melakukan pemadaman, di mana sejauh ini sudah menurunkan sekitar 389 juta liter air dalam upaya pemadaman.

Hasilnya, disebutkan, pada titik di daerah rawan mengalami penurunan meski, belum berhasil dilakukan pemadaman semua titik-titik api.

Baca: Kabut Asap, TNI dan Santri Palembang Shalat Minta Hujan

Dakwah Media BCA - Green

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/

Raffles mengatakan, kenaikan lahan terbakar seluas 529.032 ha itu terjadi dikarenakan sejumlah faktor, termasuk cuaca dan iklim yang membuat lahan lebih mudah terbakar.

“Masih ada El Nino, kemudian juga ada pergerakan arus panas dari Australia ke Asia, termasuk ke Indonesia. Kemudian penumpukan bahan baku yang sudah lama dan masyarakat masih menggunakan pola-pola lama membersihkan lahannya menggunakan api,” ujarnya kutip Antaranews.*