Hidayatullah.com–Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan keprihatinannya atas perkembangan situasi di Mesir paska jatuhnya pemerintahan Presiden Mohammad Mursy. Melalui akun twitternya @SBYudhoyono yang diunggah Sabtu (27/07/2013) malam, Presiden SBY menyampaikan kecemasan akan terjadinya konflik horizontal yang dahsyat jika tidak ada solusi yang bijak dan segera.
“Saya berpendapat solusinya, “kompromi” di antara kedua pihak (pemerintah dan pendukung Mursy, red). Bukan “the winner takes all”. PBB dan dunia harus mendorong dan mendukung,” seru SBY dikutip laman setkab.go.id.
Presiden SBY mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencegah pertumpahan darah yang lebih besar. “Semua upaya harus ditempuh. Termasuk jalan rekonsiliasi,” kata Presiden SBY.
Kepala Negara juga menyerukan kepada WNI di Mesir, termasuk mahasiswa, agar menghindari tempat berbahaya. “Pelihara komunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Jangan libatkan diri dalam konflik,” pesan Kepala Negara.
Melalui akun twitternya itu, SBY menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dubes RI di Kairo, Nurrfaizi, yang terus melaporkan perkembangan situasi di Mesir kepadanya.Termasuk upaya untuk mengamankan WNI kita di sana.
Korban 100 Orang
Paska tumbanganya pemerintahan Presiden Mohammad Mursy, situasi di Mesir hingga kini masih belum stabil. Demontrasi yang digelar pendukung mantan Presiden Mursy seringkali berakhir dengan bentrokan, baik saat dihalau pasukan keamanan maupun kelompon yang setuju pemerintahan sementara yang dibentuk paska lengsernya Mursy.
Bentrokan terakhir terjadi pada Jumat (26/07/2013) malam waktu setempat, lebih dari 100 orang dilaporkan tewas saat pendukung Presiden Mesir Mohammad Mursy menggelar aksi protes di Kairo. Wartawan BBC di Kairo melaporkan bentrokan maut berlangsung di sekitar mesjid Rabaa al-Adawiya dan ada banyak cipratan darah di jalanan.
Seorang dokter di rumah sakit lapangan dekat dengan lokasi protes menambahkan bahwa lebih dari 1.000 orang terluka. Bentrokan terjadi antara massa pendukung dan anti Mursy yang telah menggelar aksi besar sepanjang malam.
Kekerasan juga berlangsung di kota terbesar kedua Mesir, Alexandria, dimana sedikitnya 10 orang tewas akibat bentrokan dua kubu yang bertikai.
Sejak Mursy, presiden terpilih pertama secara demokratis, digulingkan 3 Juli, banyak orang yang tewas akibat aksi protes yang berakhir dengan kekerasan.
Sebelumnya, Panglima militer Jenderal Abdul Fattah al-Sisi memprovokasi dengan mengajak warga untuk turun ke jalan memberikan mandat bagi militer atas intervensi politik yang dilakukan. Sementara pada Sabtu pagi waktu setempat, Menteri Dalam Negeri Mohammad Ibrahim berjanji untuk mengakhiri aksi duduk di mesjid yang dilakukan pendukung mantan Presiden Mursy.
Seperti dilansir hidayatullah.com mengutip laporan NGO internasional asal Turki, Insani Hak ve Hurriyetlere Insani Yardim Vakfi (IHH) Jumat malam (26/07/2013) waktu setempat, militer Mesir menyerang aksi damai jutaan pendukung presiden terkudeta, Mohammad Mursy, di alun-alun Rabi’ah al-Adawiyah, Kairo, menewaskan 55 orang dan 1000 orang lebih luka-luka.
Kemudian, kurang dari satu jam, IHH kembali melaporkan korban pembantaian membengkak hingga 200 orang.*