Hidayatullah.com–Sebagai bagian dari proses islamisasi ilmu pengetahuan, fakultas-fakultas umum di Indonesia sudah seharusnya menerapkan kurikulum belajar agama Islam minimal 30 % dari total mata kuliah.
Jika tidak, problema pendidikan di Indonesia terus akan dikacaukan oleh sistim kapitalisme yang mencari keuntungan semata. Demikian salah satu paparan Dr Adian Husaini dalam Kuliah Umum tentang worldview di Pekanbaru.
“Seharusnya memang di fakultas-fakultas umum saat ini, ‘ulumuddin-nya (ilmu agama Islam, red) itu minimal 30 %. Misalnya Universitas Abdurrab ini tidak perlu membuat Fakultas Agama Islam (FAI), tapi islamisasi itu ada di setiap fakultas,” demikian ujar Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam—Universitas Ibn Khaldun (UIK) Bogor dalam ceramahnya di auditorium Universitas Abdurrab Pekanbaru, Senin (20/01/2014) kemarin.
Menurut salah satu pendiri INSISTS yang juga kolomnis Catatan Akhir Pekan (CAP) ini, lulusan universitas seharusnya bisa menjadi pakar sekaligus ulama.
“Misalnya Fakultas Kedokteran, menggabungkan antara ‘ulumuddin dengan kurikulum kedokteran. Jadi lulusan dari Abdurrab ini minimal bisa Bahasa Arab, menghafal ayat-ayat yang wajib, dan kemudian dia bisa mengembangkan ilmu kedokteran sesuai dengan perspektif Islam.”
“Bukan semata-mata menjadi dokter muslim yang baik. Tapi dia menjadi dokter muslim, sekaligus menjadi ulama,” tambahnya.
Lebih lanjut pria yang dikenal rajin menulis buku ini menjelaskan problema pendidikan di Indonesia saat ini telah dikacaukan oleh sistim kapitalisme yang mencari keuntungan semata.
“Sekarang kita dikacaukan dengan konsep industrialisasi, kapitalisme sehingga pendidikan sekarang ini hanya mengarahkan manusia-manusia sekarang ini menjadi ‘sekrup’ dari bagian industri tertentu.”
Dalam kuliah umum yang ditaja oleh Panitia Seminar Islamisasi Pengetahuan Universitas Abdurrab ini mengambil tema “Dekolonisasi, Dewesternisasi dan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.”
Acara dihadiri oleh civitas akademika universitas serta berbagai praktisi pendidikan di Pekanbaru, Riau.
Wakil Rektor Universitas Abdurrab, dr. Susiana Thabrani kepada hidayatullah.com menuturkan bahwa saat ini kampus Abdurrab sendiri sudah memulai menerapkan islamisasi ilmu pengetahuan dalam kurikulumnya.
“Wacananya sudah sejak 8 tahun yang lalu. Kami coba mengganti beberapa mata kuliah yang kurang signifikan terhadap pemikiran mahasiswa. Untuk kedokteran, sudah mulai lebih diintegrasikan islamisasi. Kalau kita belajar tentang embriologi misalnya, belajar tentang syaraf, itu kita langsung membuat bagaimana menurut al-Quran,” tuturnya.
Dr. Susi menambahkan, bahwa saat ini di Universitas Abdurrab juga dilakukan kolaborasi antara pakar ilmu kedokteran dengan pakar syariah.
“Dokter berkolaborasi dengan ahli syariah. Misalnya kalau saya mengajarkan apa hukumnya kloning, apa hukumnya aborsi? Selama ini kan hukum negara saja, nah kita lihat bagaimana hukum syariat-nya. Ada beberapa pakar syariah berkolaborasi dengan dokter. Semua dokter di-upgrade untuk memahami dari sudut pandang Islam,” tambahnya.*/ M Hidayat (Pekanbaru)