Hidayatullah.com–Infotainment tidak sesuai dengan kaidah jurnalisme, sebab kebanyakan berisi pergunjingan (ghibah). Sepanjang masih begitu, infotainment tak layak disebut produk jurnalistik.
Wartawan senior Herry Mohammad menyampaikan itu dalam acara tukar pendapat dan silaturahim dengan jajaran Kelompok Media Hidayatullah (KMH) di Polonia Jakarta Timur, Kamis, 27, Rabiul Akhir 1435 H (27/2/2014).
Menurut Herry yang juga Redpel pada satu majalah nasional, fungsi media massa memberi informasi, mengkritik, dan mengedukasi masyarakat. Sedangkan infotainment isinya ghibah, tidak mendidik.
“Yang begini kan nggak boleh,” tegas Herry.
Namun, baginya, unsur hiburan dan semacamnya boleh saja dalam media massa. Tapi bukan unsur utama. Jika unsur hiburannya yang diutamakan, otomatis media tersebut gagal.
Herry juga menegaskan, para jurnalis harus jujur menyampaikan fakta berita dalam kondisi bagaimana pun, termasuk saat perang. Terutama menyangkut informasi-informasi yang umum.
“Ini sebenarnya yang jadi persoalan di dunia jurnalistik,” ungkap mantan wartawan Tempo ini.
Herry pun menyinggung perilaku buruk “wartawan amplop”, yaitu wartawan yang menerima duit dari narasumbernya.
Menurutnya, saat diberi duit oleh narasumber, wartawan jangan menerimanya. Sebab rawan campur tangan pemberi duit.
“Kalau kita terima duit dari narasumber, narasumber bisa ngatur kita. Nanti kalau tulisannya nggak muncul, ditelepon, ‘Kenapa nggak muncul?'” dalihnya mencontohkan.
Atau bisa saja kalau berita yang ditulis wartawan tersebut muncul di medianya, narasumber mengintervensi jika tak sesuai dengan keinginannya.
Herry mengatakan, setiap perilaku wartawan harus disesuaikan dengan ritme kerja perusahaannya, bukan sebaliknya.
“Nggak bisa (wartawan) pakai perilaku dia sendiri,” imbuhnya.
Wartawan pun, tambah Herry, harus senantiasa menjaga komunikasi dengan atasannya. Misalnya dengan selalu mengaktifkan telepon selularnya (handphone/HP) agar mudah dihubungi.
“Kalau ada wartawan HP-nya dimatikan terus, itu bukan wartawan. Itu pengusaha,” ujarnya berkelakar dalam bincang-bincang ringan itu.*