Hidayatullah.com–Untuk mengatasi berbagai masalah di Indonesia maupun dunia, sudah saatnya umat Islam kembali kepada al-Qur’an. Misalnya untuk berbisnis atau bercocok tanam, dalam al-Qur’an ada jawabannya.
Pesan ini disampaikan pegiat ekonomi Islam Muhaimin Iqbal pada acara Seminar Kewirausahaan dan Ekonomi Islam di AQL Islamic Center, Jalan Tebet Utara I, Jakarta Selatan, Ahad, 13 Jumadil Akhir 1435 (13/4/2014).
Muhaimin yang juga founder Gerai Dinar mencontohkan seorang karyawan yang hendak menjadi pengusaha. Ada beberapa langkah yang harus ditempuhnya. Pertama, tidak menghitung-hitung jumlah dan sumber rezekinya.
Langkah ini, jelasnya, mengambil pesan-pesan dalam al-Qur’an, di antaranya yang berbunyi “Innallaha yarzuqu may yasya-u bi ghoiri hisab”. Potongan ayat 37 dari Surat Ali Imran ini bermakna, “Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.”
Muhaimin juga menyebut potongan ayat 3 dalam surat Ath-Thalaq yang berbunyi, “Wayarzuqhu min haitsu la yahtasib“. Artinya, “Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”
Menurut Muhaimin, para pegawai atau karyawan biasanya menghitung-hitung rezekinya berdasarkan gaji bulanannya. Padahal rezeki tidak sebatas itu.
“Kelamaan jadi pegawai berdampak seperti itu,” ujar Muhaimin, seraya menyerukan para karyawan harus yakin bahwa sumber rezeki bukan hanya dari perusahaan.
Langkah kedua untuk jadi pengusaha, lanjutnya, adalah dengan menyiapkan tabungan. Tabungan ini sebagai modal untuk memulai usaha.
“Kalau Anda mau terjun (jadi pengusaha), kira-kira Anda punya tabungan minimal 6 bulan, maksimalnya 2 tahun,” bebernya dalam seminar bertema “Let’s Change The World with Syariah Business” tersebut.
Langkah ketiga, tambah Muhaimin, sebelum terjun sebagai pengusaha, pelajari dulu prospek bisnis yang akan digeluti. Mau jadi pengusaha apa dan di mana?
Bertani dengan Tuntunan Wahyu
Begitu pula dalam hal pertanian. Muhaimin meyakini, Allah telah mengajari manusia tata cara bercocok tanam melalui wahyu-Nya dalam al-Qur’an Surat Yasin ayat 33-35.
Dalam ayat-ayat ini, jelasnya, terdapat pesan bahwa kalau ada bumi (lahan) yang mati, maka ditanami biji-bijian. Yang ditanam mulai dari kurma hingga anggur. Lantas dinikmati hasil dari apa yang telah diusahakan tersebut. Muhaimin meyakini, di Indonesia kurma dapat tumbuh dengan baik.
“Semua konsep pertanian tidak monokultur. Tidak hanya menanam padi (lalu) selesai. Tidak hanya menanam tebu, selesai,” jelasnya.
Muhaimin mengatakan, al-Qur’an adalah jawaban dari problem keseluruhan hidup ini. Dia menyebut pesan dari kiainya yang mengatakan, “Kalau teklek (sandal kayu) saya hilang, saya mencarinya di al-Qur’an.”*