Hidayatullah.com–Perempuan Indonesia harus bersuara dalam setiap aksinya, tak hanya berpangku tangan menunggu disahkannya UU atau Perda Peredaran Minuman Keras (Miras).
Hal tersebut dikatakan Fahira Idris, Ketua Gerakan Anti Minuman Keras (Genam) dalam talkshow di Masjid Raya Pondok Indah Jakarta, “Sikap Umat Menghadapi Tantangan Pemimpin Non Islam, Umat Harus Bersatu”, Senin (26/05/2014) kemarin.
Lebih lanjut, ia menegaskan, pemberantasan Miras sudah mencapai tahap siaga I.
“Kalau dulu waktu SMP, SMA, kita makan siomay minumnya teh botol. Sekarang, anak-anak yang nongkrong, makan siomay, minumnya bir,” ungkap ungkap perempuan yang baru saja terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dapil Jakarta periode 2014-2019 itu.
Ia menceritakan kunjungannya ke sebuah convenience store di Jakarta belum lama ini. Menurutnya, bentuk botol Miras yang terkesan lucu dengan cairan berwarna-warni menambah daya pikat.
Tidak hanya pria dewasa, kemasan menipu itu ikut menjerumuskan anak-anak.
“Karena itulah kita harus segera bergerak. Kelembutan perempuan bisa jadi jalan bagi pemberantasan Miras,”ungkap pengusaha bunga dan parsel itu.
Ia bercerita, dua minggu sebelum ibunya meninggal, almarhumah sempat berujar. “Fahira, di rumah itu ada rumah bordil yang jual Miras. Besok kamu kesana, bawa para wanita pakai gamis! Demo di sana!” ucap sang Ibu yang saat sedang sakit di pembaringan.
Rencana awal demo dilakukan 30 orang perempuan. Di lapangan ternyata banyak relawan yang ingin ikut serta.
Akhirnya sekitar 300 perempuan berabaya melakukan aksi di depan rumah bordil di wilayah Mampang, Jakarta Selatan pada Februari 2014 lalu.
Demo yang dipimpin Fahira selama tiga hari berturut-turut, berhasil menggiring pemilik rumah itu pada Kepala Kecamatan setempat sekaligus menutup operasi rumah tersebut.*