Hidayatullah.com—Sekretaris Jenderal Centre for Democracy and Sosial Justice Studies(CeDSos) Umar Abduh menilai isu dugaan keterlibatan Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang melakukan pendataan pemilih di Jakarta Pusat dinilai murni settingan alias rekayasa.
Terkait isu Babinsa yang akhirnya memojokkan salah satu Capres dinilai Abduh dibelakangnya ada keterlibatan nama mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono yang kini menjadi anggota dewan pengarah pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK).
Alasannya, pengaruh Hendropriyono di TNI masih cukup kuat hingga saat ini. Apoalagi, Kadispenad TNI Andika Perkasa yang merupakan menantu AM Hendropriyono.
“Inilah manuver Hendropriyono,” tuturnya saat memberikan pernyataan sikap bertema “Manuver Hendropriyono dan Andika Perkasa Berpotenai Mengancam Umat Islam, Kesatuan TNI, dan Bangsa Indonesia” di Dapur Selera, Jakarta Selatan, Selasa (10/09/2014).
Di samping itu, Abduh pun menilai ada kepentingan yang akan menghancurkan umat Islam dan rakyat banyak. Ini terdeteksi karena Hendropriyono adalah salah satu orang (baca: mantan BIN) yang merugikan Islam dengan mengadu domba antar sesama. Misal merekayasa terorisme di Indonesia.
“Ini dilakukan oleh BIN. Hendro mengadu domba umat Islam,” ucapnya tegas.
Karena itu ia berharap BIN bisa lebih independen dari kepentingan-kepentingan asing. Sehingga BIN harus terus dikawal dan dievaluasi. Dan jika salah diingatkan.
“Perbaiki BIN jika salah,” tutupnya.
Sebelum ini, anggota tim sukses pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa, Letnan Jendral (purnawirawan), Suryo Prabowo juga sempat mengatakan pengerahan bintara pembina desa (Babinsa) sebagai rekayasa dari mantan Kepala BIN, AM. Hendropriyono yang kini bergabung dalam tim sukses Jokowi-JK.
“Ini permainan Hendropriyono,” kata Suryo dikutip Republika Online, Selasa (09/06/2014).*