Hidayatullah.com– Pihak Polresta Pekanbaru, Riau telah meminta maaf atas kejadian penginjakan mushola oleh para personelnya. Permintaan maaf ini diapresiasi oleh politikus PKS Hidayat Nur Wahid (HNW).
Namun, Wakil Ketua MPR RI tersebut berharap permintaan maaf itu bukan basa-basi. Polisi pun diminta tidak mengulangi kejadian serupa.
“Saya apresiasi kalau polisi sudah minta maaf. Tapi jangan basa-basi (lalu) besok dilakukan lagi,” ujarnya dalam jumpa pers usai membuka acara Deklarasi dan Muktamar I Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara di Depok, Jawa Barat, Sabtu (29/11/2014).
HNW pun mengimbau agar kepolisian tidak bersikap ekstrem dalam menjalankan tugas-tugasnya. Mengenai mushola yang diinjak tersebut, ia meminta polisi segera membenahinya.
“Mushola yang sudah diinjak, (polisi) ya kerja bakti, bersihkan,” ujarnya kepada para wartawan termasuk awak hidayatullah.com di lantai 3 Hotel Santika, Jl Margonda Raya.
Masih menyinggung kasus itu, HNW mengatakan, Islam adalah agama yang moderat, bersikap pertengahan. Sikap-sikap ekstrem seperti penginjakan mushola tidak dibenarkan agama.
“Islam yang baik ini (ajarannya) jangan dilakukan dengan cara-cara yang ekstrem,” ujarnya.
Bukan Politis
Menyinggung acara yang dibukanya, HNW menegaskan, deklarasi dan muktamar tersebut tidak terkait PKS.
“Meskipun saya hadir di sini, (ikatan dai dan ulama Asia Tenggara) ini bukan organisasi terkait dengan partai politik (parpol). (Tapi) karena kebetulan saya bisa bahasa Arab. Semuanya dalam konteks Ahlusunnah Wal Jamaah. Sesama bis kota (parpol. Red) dilarang saling mendahului,” ujarnya disambut tawa sejumlah hadirin dalam jumpa pers yang diikuti sebelas tokoh Muslim itu.
“(Ikatan dai dan ulama Asia Tenggara) ini adalah potensi baru, yang akan memperkuat organisasi-organisasi Islam yang sudah ada. Jauh dari radikalisme, apalagi terorisme,” ujarnya.
Sebelumnya, oknum aparat kepolisian melakukan aksi brutal dengan menyerang sejumlah mahasiswa di dalam Mushola Assyakirin RRI Kota Pekanbaru, Selasa (25/11/2014). Para polisi itu masuk ke rumah ibadah menggunakan sepatu saat mengejar para mahasiswa yang menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).*