Hidayatullah.com– Ketua Muhammadiyah, Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc, MA menngatakan bahwa budaya perayaan Valentinne’s Day itu bukan budaya Islam melainkan budaya gereja yang dilakukan oleh orang kristiani.
“Jika dilihat dari filosofinya perayaan Valentine’s Day itu bukan budaya Islam tetapi gereja,” kata Yunahar kepada hidayatullah.com usai Pleno IV KUII di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Selasa (10/02/2015).
Dimana menurut Yunahar ada seorang pemimpin gereja yang bernama Santo Valentino dihukum mati Kaisar di Eropa karena perbedaan pandangan politik. Kemudian lanjutnya, oleh Paus daimbil namanya untuk dijadikan sebagai Martir dan simbol kasih sayang atau yang dikenal sebagai Valentine’s Day.
“Pengambilan simbolisasi itu juga tidak tepat,” tegasnya.
Menurut Yunahar, simbolisasi itu bisa dikaitkan dengan kasih saying, jika dia misalkan dihukum mati karena mengejar kisah cintanya. Sementara, lanjutnya yang terjadi sebab masalah politik yang tidak menyangkut kasih sayang.
“Itulah kesalahan remaja sekarang, mungkin mereka nggak paham dan mengerti maupun orangtua yang tidak menjelaskan,” ujar Yunahar.
Hal itu menurut Yunahar menjadi tanggung jawab guru serta orangtua di rumah untuk menjelaskan pada remaja jika tidak ada perayaan yang namanya Valentine’s Day.
Sementara itu, Yunahar menuturkan langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah perayaan Valentine’s Day yaitu remaja masjid bisa mengadakan acara yang menarik tepat di waktu hari yang diperingati sebagai Valentine’s Day untuk mengalihkan remaja agar tidak merayakannya. Suatu budaya yang sudah terlanjur dikerjakan, menurutnya itu sulit dhapus namun bisa diganti dengan sesuatu yang lain.
“Sebab yang namanya tradisi itu susah untuk ditinggalkan tetapi bisa diganti dengan sesuatu yang lebih menarik,”
Selain itu, Yunahar juga menghimbau pada pemerintah agar lebih gencar lagi mensosialisasikan kepada remaja muslim bahwa tidak ada budaya valentine di Indonesia. Namanya kasih sayang itu setiap waktu, baik sayang kepada orangtua, adik, kakak dsb.
“Bukan Valentine’s Day yang sekarang disalah gunakan untuk free-sex dan perzinaan oleh para remaja. Mirisnya, setelah 2-3 bulan banyak remaja yang hamil di luar pernikahan,” tutup Yunahar.*