Hidayatullah.com- Para santri berpeluang besar menjadi wartawan Muslim. Olehnya, sejak dini mereka harus menangkap peluang tersebut.
Asisten Redaktur Pelaksana Majalah Suara Hidayatullah, Ahmad Damanik, mengatakan itu kepada sekitar 100 santriwati Pondok Pesantren Hidayatullah Sumatera Selatan di Desa Tanjung Merbau, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Kamis (12/03/2015).
Ia mengatakan, ilmu agama yang telah digeluti para santri, bisa menjadi modal tambahan mereka saat menjadi wartawan Islam kelak.
Ia pun mengatakan, kesempatan para santri/wati menjadi penulis handal sangat terbuka lebar. “Kalau yang berbakat tulis novel, kirimkan kepada penerbit,” ujarnya.
Mereka, tambahnya, jangan merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Banyak orang yang jauh dari ibukota, misalnya, tapi tak bisa melakukan banyak hal termasuk menulis.
“Memang sih sekarang kita ini sudah dikuasai media. Tapi yang ditawarkan media (mainstream) itu yang aneh-aneh,” ujarnya di pesantren yang terletak sekitar 30 km dari Kota Palembang itu.
Menurutnya, gempuran berbagai media massa saat ini telah menjurus pada perang pemikiran. Anak-anak muda Muslim pun menjadi korbannya.
Olehnya, problem tersebut harus dilawan oleh kaum Muslimin, termasuk para santri. Misalnya dengan menulis, isinya mengajak para musuh Islam untuk sadar.
“Tugas kita adalah melawan (itu). Mengingatkan orang-orang kayak begini supaya kembali kepada jalan yang benar. Melalui apa? Apa yang bisa kita lakukan,” ujarnya.
“Kalau nggak bisa dengan tangan (kekuasaan), ya dengan lisan (tulisan. Red). Selemah-lemahnya iman dengan hati. Kalau kita punya kekuatan melalui tulisan kenapa tidak kita lakukan dengan tulisan,” lanjutnya.
“Yang berpotensi mengingatkan itu, yang ada ilmunya adalah adik-adik semua, karena sering berinteraksi dengan ilmu, dengan al-Qur’an dan Hadits,” tambahnya dalam kunjungan keredaksian ke pesantren itu.
Buku Khusus
Ahmad mengatakan, tantangan umat Islam kini sudah nyata dan terlalu banyak. Dibutuhkan banyak pejuang Islam, termasuk para pemudi dari kalangan santri.
“Menulislah, menulis terus. Jangan berhenti, menulis apa saja. Sampai kemudian nanti bisa menulis dengan cara-cara yang santun. Dan kita punya wadahnya, Kelompok Media Hidayatullah (KMH). Media massa itu menjadi alat yang benar-benar efektif,” ujarnya.
Acara tersebut dihadiri pimpinan pesantren, Ustadz Ahmad MS. Dalam sambutannya, sang ustadz juga mendorong para santri/watinya untuk giat menulis.
Kalau mereka berpotensi menulis, ujarnya, sebaiknya dikembangkan, lalu mengirimkan tulisannya ke KMH.
“Santri putri harus punya buku untuk menulis. Siapkan satu buku khusus untuk menulis,” ujarnya.
“Mulai sekarang minat kalian dikembangkan. Menulis, ilmu komputer, jurnalistik, diarahkan ke (hal-hal positif seperti) itu,” lanjutnya berpesan.*