Hidayatullah.com–Dalam setiap rejim atau penguasa memiliki tantangan yang unik. Terutama dalam bidang ekonomi, politik, birokrasi dan pemerintahan.
Menyadari pentingnya masalah ini, Muhammadiyah ingin melakukan revitalisasi peran dan fungsinya sebagai kekuatan ekonomi yang dapat dijadikan contoh dalam kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah.
Karena itu, sejak Jumat (5-7 Juni 2015) diselenggarakan lokakarya di Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP).
Demikian salah satu peryataan, Ketua Majelis Ekonomi dan kewirausahaan PP Muhamamdiyah, Syafrudin Anhar, dalam rilisnya.
Mengutip mantan Presiden Amerika Jimmy Carter di tahun 1980-an, Syafrudin Anhar mengatakan, dunia tidak akan pernah damai apabila dunia ini dihuni oleh 1/3 orang kaya dan 2/3 orang miskin.
Hal Ini menandakan bahwa, dunia yang damai dan dunia yang sejahtera bukan terletak pada faktor politik tapi bagaimana terjadinya keseimbangan ekonomi.
Hal ini telah terjadi di kawasan Timur Tengah yang selam ini telah terjadi Arab Spring yang menjalar the war of meadle east. Terjadinya semua itu tidak lepas dari koefesien gini atau ukuran pemerataan yang tidak merata. Dimana rasio gini di Timur Tengah mencapai 0,45 sementara Indonesia 0,43.
“Realitas itulah yang harus disikapi bersama oleh warga Muhammadiyah,”terangnya dikutip Syafrudin.
Selain itu, peneliti Jepang Kenichi Ohmahe, mengatakan, ketika batas – batas negara tidak penting lagi maka yang berlaku adalah komponen-komponen dari perkembangan ekonomi. Lantas apa itu perkembangan ekonomi? Kenichi Ohmahe menyebutkan adalah 4 I (Four I), yaitu pertama,investasi, kedua Industri, ketiga information teknologi. Keempat individual consumers.
Siapapuan dan negara manapun dalam membangun ekonomi, menurut, Syafrudin, pasti memerlukan investasi dan biasanya investasi tersebut dalam bentuk modal kapital.
Dari investasi itu timbul industri-industri, kemudian dari industri itu memerlukan teknologi informasi.Sehingga dengan apa yang dipaparkan oleh Kenichi Ohmahe memiliki pengaruh perekonomian suatu negara. Jika negara tidak memiliki itu semua maka negara tersebut hanya sebagai sebuah market dari negara lain.
Muhammadiyah sebagai kekuatan ekonomi bangsa sangat memiliki kepentingan besar. Muhammadiyah ingin menghasilakn rumusan cetak biru gerakan ekonomi Muhammadiyah dimana didalamnya berisikan tentang perencanaan program pemberdayaan ekonomi Muhammadiyah secara menyeluruh.
Cetak biru gerakan ekonomi Muhammadiyah, tambah Syafrudin, menjadi satu kebutuhan, karena pada lima tahunan ke tiga (2015-2020) kebijakan program Muhammadiyah difokuskan pada transformasi dari sistem dan jaringan yang maju, profesional dan modern sebagai instrumen pendukung aktivitas gerakan ekonomi.
Selain itu berkembangnya sistem gerakan dan amal usaha yang berkualitas utama juga peningkatan dan pengembangan peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan umat, bangsa dan dinamika global.*