Hidayatullah.com — Ketua Advokasi Forum Umat Islam (FUI) Munarman menyayangkan ketidakhadiran pihak HKBP Bekasi dalam acara temu dialog yang diadakan Gerakan Peduli PLuralisme (GPP) di Hotel Marcopolo, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (17/09) kemarin.
“Saya sangat sayangkan sekali. Saya sebetulnya ingin jika dialog kita ini berlangsung dua arah, bukan dari Islam saja,” kata Munarman.
Menurutnya, dia sebagai juru bicara dari Forum Umat Islam pada acara tersebut terkesan hanya akan tampil untuk membela diri semata saja jika tidak menghadirkan pembicara dari pihak HKBP.
Namun tanpa kabar dan alasan yang jelas, kuasa hukum HKBP Bekasi tidak bisa hadir dalam acara dialog yang dihadiri wartawan media cetak dan elektronik tersebut.
Dalam dialog Munarman mengungkapkan, gesekan-gesekan antar kelompok di Indonesia memang sangat sensitif.
Ditegaskan kembali oleh Munarman, FPI dan organisasi Islam lainnya yang tergabung dalam FUI juga sudah melakukan upaya riil untuk menciptakan kerukunan dan sikap beragama yang kooperatif.
“Di markas FPI di Petamburan, ada 6 Gereja. Tidak pernah kita usik. Mereka beribadah dengan tenang,” ujar Munarman.
Munarman menandaskan, kasus HKBP di Kampung Ciketing sebenarnya hanya masalah bagaimana satu kelompok bisa mematuhi aturan yang sudah ditetapkan.
“PMB adalah konsensus nasional. Silahkan diverfikasi, apakah memang warga yang katanya sudah tanda tangan itu setuju penderian tempat ibadah itu. Apakah itu dari warga, silahkan Verfikasi saja. Itu saja sebetulnya,” katanya.
Sementara itu, presidium Gerakan Peduli Pluralisme (GPP) Demian Dematra, pun menyayangkan tidak adanya satupun wakil dari HKBP Bekasi untuk menyampaikan argumennya.
“Padahal HKBP melalui kuasa hukumnya yang meminta acara ini diadakan,” jelas Demian.
Demian mengungkapkan, lembaganya yang concern terhadap permasalahn sosial keagamaan berharap bisa memmediasi antar dua kelompok yang sedang bertikai tersebut.
Dia mengatakan, terjadinya gesekan antar kelompok ini karena disebabkan munculnya kecurigaan-kecurigaan kelompok satu kepada kelompok yang lain. Dan, isu agama, kata dia, adalah isu yang sensitif yang bisa saja memunculkan pertikaian yang dampaknya sangat besar.
“Kami berharap masalah ini bisa selesai dengan dialog,” katanya. [ain/hidayatullah.com]