Hidayatullah.com- Majelis Ulama Indonesoa (MUI) Jawa Timur siap untuk menanggung semua biaya seperti akomodasi, konsumsi dan transportasi lokal untuk gelaran acara Musyawarah Nasional (Munas) MUI Se-Indonesia yang dijadwalkan akan digelar di Jawa Timur.
Demikian pernyataan disampaikan oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, KH. Abdusomad Buchori menanggapi pertanyaan hidayatullah.com, soal kesiapan MUI Jawa Timur yang ditunjuk sebagai sohibul bait (tuan rumah) acara Munas MUI Se-Indonesia.
“Kami sudah berunding dengan pengambil kebijakan di Jawa Timur terkait dengan biaya. Tetapi kami sendiri di internal berupaya ikut membantu demi suksesnya acara itu. Karena kami diamanahi sebagai tuan rumah. Dan sekarang kami sedang rundingan dengan panitia pusat soal kapan tanggal dimulainya acara itu,” ungkap KH. Abdusomad kepada hidayatullah.com sebelum dimulainya acara pembukaan ijtima ulama di Pesantren At-Tauhidiyah Cikura, Bojong, Tegal Jawa Tengah, Senin (08/06/2015).
Prinsipnya, KH. Abdusomad menegaskan bahwa MUI Jawa Timur bersedia dan sanggup melaksanakan apa yang telah diamanahkan oleh MUI Pusat.
“Kami sedang berunding dengan pusat, dan agenda utamanya adalah pergantian kepemimpinan MUI pusat,” imbuh KH. Abdusomad.
Jika bicara terkait dengan calon pemimpin yang akan maju atau menjadi pemimpin baru MUI pusat, KH. Abdusomad berharap pada pemimpin yang memiliki kriteria seperti konsisten, jujur, keulamaannya nampak, amanah, track-recordnya (rekam jejak) juga bagus, tidak mudah terpengaruh serta harus bisa selalu menjawab problematika umat dan bangsa Indonesia. “Jangan orang-orang yang tidak paham dengan Indonesia,” cetus KH. Abdusomad.
KH. Abdusomad menambahkan menjadi seorang pemimpin itu harus bisa bersikap tegas, artinya kalau tidak benar ya katakan tidak benar. Kalau batil katakan bahwa itu batil.
“Nggak usah, karena demi untuk ini, demi untuk itu akhirnya yang salah dikatakan benar. Itu tidak boleh,” tegas KH. Abdusomad.
Menurut KH. Abdusomad seorang pemimpin juga harus bisa menjadi mitra kerja pemerintah tetapi bukan untuk menjilat kepada pemerintah.
“Meski kami belum membentuk panitia, tetapi kami sudah ada gambaran munas nanti akan digelar di Surabaya. Tempatnya yang terpenting bisa menampung sekitar 550-700 orang peserta dan estimasi waktu kami usulkan akhir bulan September atau musim liburan setelah Idul Adha,” pungkas KH. Abdusomad.*