Hidayatullah.com- Tak bisa dipungkiri, kemerdekaan bangsa Indonesia tak lepas dari peran serta para ‘alim ulama, tokoh Islam, santri, dan kaum muslimin pada umumnya yang berhasil mengusir penjajah Belanda.
Selama 350 tahun Indonesia dijajah, di situlah umat Islam menjadi garda terdepan dalam perjuangan bangsa Indonesia. Sederet nama pejuang Islam yang turut mengantarkan negara ini meraih kemerdekaan yaitu Sultan Hasanuddin (Sulawesi Selatan), Pangeran Diponegoro (Jawa), Pangeran Antasari (Kalimantan Selatan), Tuanku Imam Bonjol (Sumatera Barat), Pattimura (Maluku), Tjut Nyak Dien (Aceh), KH. Hasyim Asy’ari (NU), hingga KH. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah).
Bahkan pada 10 November 1945 mengingatkan bangsa akan pekikan takbir dari Bung Tomo ketika melawan agresi Belanda demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kegigihan arek-arek Suroboyo dalam melawan Belanda itu tak lepas dari resolusi jihad yang dikeluarkan oleh Nahdlatul Ulama (NU).
Demikian paparan Juru Bicara Panitia Pelaksana Parade Tauhid Indonesia, Mustofa B. Nahrawardaya dalam rilisnya yang diterima hidayatullah.com, Rabu (12/08/2015).
“Segala karunia tersebut bisa terjadi semata-semata karena izin Allah. Hanya karena kehendak Allah-lah segala nikmat kemerdekaan tersebut bisa kita rasakan sebagaimana tertulis dalam alinea tiga Pembukaan UUD 1945,” kata Mustofa.
Dalam rangka mensyukuri nikmat 70 tahun kemerdekaan Indonesia itu, Mustofa menyampaikan bahwa umat Islam akan menggelar Halal bi Halal Akbar dengan tajuk Parade Tauhid Indonesia (PTI), Ahad (16/08/2015).
Menyambut momen bersejarah ini, kata Mustofa, Parade Tauhid Indonesia akan dimulai dengan shalat malam berjamaah pada pukul 03.00 WIB dini hari di Masjid Istiqlal, Jakarta. Kemudian, dilanjutkan dengan shalat Subuh berjamaah serta ceramah oleh Ketua Panitia PTI Haikal Hassan.
“Setelah itu, peserta akan melakukan pawai dan mendengar orasi tokoh-tokoh umat Islam. Dan dengan mengambil tema “Bertauhid dalam Islam Rahmatan Lil ‘Alamin”, kami berharap tumbuhnya kembali kesadaran tauhid setiap muslim dalam menjalani kehidupan individu, keluarga, bermasyarakat, dan bernegara,” ujar Mustofa.
Parade ini, kata Mustofa, dipersembahkan dengan menekankan Islam rahmatan lil ‘alamin sebagai proklamasi kembali, bahwa Islam diturunkan sebagai agama damai dan keselamatan. Untuk menebarkan rahmat bagi alam semesta, bukan hanya bagi sesama manusia.
Tauhid, masih kata Mustofa, juga berarti amanah dalam memimpin, cinta dan takut kepada Allah, takut terhadap siksa-siksa neraka, tidak korupsi, membela kepentingan rakyat, saling menolong, rela berkorban, mengikuti jalan yang lurus, meninggalkan ego kelompok, mau bekerjasama untuk Islam, dan lain sebagainya. Dan inilah bagian dari makna besar Islam rahmatan lil ‘alamin.
“Kami menargetkan 100.000 massa akan turut serta dalam parade ini yang melibatkan seluruh unsur umat Islam. Baik individu, komunitas, maupun institusi atau organisasi. In syaa Allah,” cetus Mustofa.
Menurut Mustofa, panitia akan mengajak umat Islam untuk menjadi bagian dari sejarah persatuan umat dengan memutihkan rute perjalanan Parade mulai dari pukul 07.00 hingga 12.00 WIB.
“Rute mulai dari Plaza Utara Gelora Bung Karno (GBK), Jalan Jenderal Sudirman, Bundaran HI, Bundaran Ratu Plaza, dan kembali lagi ke Senayan,” pungkas Mustofa.
Sejumlah tokoh nasional telah memberi dukungan untuk menyukseskan acara ini. Mereka antara lain KH. Abdullah Gymnastiar (Pimpinan Daarut Tauhiid), Prof. Dr. Din Syamsuddin (Ketum MUI), Ustadz Arifin Ilham (Pimpinan Majelis Az-Zikra), KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i (Pimpinan Perguruan Asy-Syafi’iyah), Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, KH. Cholil Ridwan (Ketua MUI), Habib Rizieq Shihab (Imam Besar FPI), Ustadz Bachtiar Natsir (Sekjen MIUMI) dan seterusnya.*