Hidayatullah.com – Semua pihak setuju untuk menolak radikalisme, tetapi kebanyakan hanya mengutuk saja tanpa pernah mencermati secara jernih kenapa muncul radikalisme bahkan terorisme.
Demikian disampaikan Ketua Majelsi Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur periode 2010-2015, KH. Abdushomad Bukhori, saat memberikan sambutan pada pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) MUI Jatim di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Sabtu, (19/12/2015).
” Radikalisme sebetulnya hanya akibat saja, memang persoalan pemahaman agama ikut menentukan, tapi banyak faktor lain yang dapat memicu radikalisme,” paparnya.
Kiai Somad mencontohkan fenomena Natal yang setiap tahun menjadi kontroversi dikarenakan ada kesengajaan para pemilik toko maupun perusahaan yang memaksa karyawan Muslim untuk mengenakan atribut sinterklas.
“Ini adalah tindakan yang mencederai hak dan kebebasan beragama, karena seorang muslim adalah haram menggunakan atribut dari agama lain, sikap aparatur negara yang kurang tanggap dalam mengambil sikap melihat fenomena seperti ini, lalu masyarakat yang tidak sabar kemudian bertindak sendiri-sendiri, nah jadilah kekerasan dan radikalisme,” jelasnya.[Baca: Pemaksaan Atribut Natal Bagi Karyawan Muslim Dinilai Bentuk Intoleransi]
“Jadi kalau ingin aman, jangan ada pihak yg memicu,” tambah Kiai Somad.
Karenanya, Ia menegaskan pluralisme agama itu tidak boleh. Dalam artian orang harus konsekuen menjalankan aktivitas agamanya sendiri dan kerukunan, lanjutnya, tidak perlu didramatisir.
“Kerukunan itu ada aturannya, dan MUI telah memberikan petunjuk-petunjuk melalui fatwanya,” ungkap Kiai Somad.
Ia juga menambahkan, bahwa yang menjadi sumber utama radikalisme adalah ketidakadilan global.
“Namun opini yang berkembang sudah kadung. Artinya, kalau yang bertindak itu umat Islam semua langsung menyorot sebagai perilaku radikal bahkan teroris. Tapi tidak ada yang menyebut tindakan Israel yang membuat orang Palestina menderita sebagai tindakan terorisme,” ungkapnya.
“Tindakan Amerika misalnya, yang memberangus Iraq dengan alasan yg dibuat-buat. Juga tidak ada yg mengutuk sebagai tindakan terorisme, ini ketidakadilan sebenarnya. Saya mengikuti kasus Tolikara dan Singkil juga pemberitaannya lebih memojokan Islam,” pungkas Kiai Somad.*