Hidayatullah.com –Jika bukan karena iman, tak semua orang dimudahkan Allah melangkahkan kaki segera menuju masjid ketika mendengar panggilan adzan.
Suatu cara unik dilakukan pengurus Masjid KH. Moh. Abdullah Muchtar untuk menarik warga sekitar agar segera menunaikan shalat jama’ah lima waktu di masjid.
Yang dilakukan masjid yang berlokasi di Jalan Jetis Kulon I No. 15-17, Wonokromo, Surabaya itu adalah memancing jamaah dengan menyediakan kopi gratis bagi yang melaksanakan shalat lima waktu di sana.
“Iya untuk menjaring warga di sini supaya gemar shalat jamaah dan betah di masjid,” ujar Abdul Kholiq, pengurus masjid saat ditemui hidayatullah.com, Senin, (11/01/2016).
Rupanya ide itu mendapat respon baik. Menurut Abdul Kholiq, masjid yang dibangun sejak 6 Maret 2015 lalu ini selalu ramai oleh jama’ah yang ingin melaksanakan shalat.
“Alhamdulillah, jamaah 5 waktu di sini lumayan ramai,” tukas pria asal Banyuwangi ini.
Ia mengaku, sejak pertama masjid itu diresmikan, sejak itu pula menyediakan kopi gratis bagi jama’ah yang datang. Alasannya, hanya sebagai pemikat dan agar jama’ah betah berada di masjid.
“Setiap hari kita sediakan satu termos besar. Alhamdulillah, biasanya tidak sampai maghrib sudah habis dan mesti diganti (isi ulang),” jelasnya.
Bahkan Abdul Kholiq menyediakan nomor telepon petugas yang bisa dihubungi jika jamaah mendapati kopi, gula atau air panas habis.
“Yang mau tinggal ambil dan tuang sendiri. Tapi gelasnya jangan lupa dicuci,” lanjut Kholiq mengingatkan.
Untuk operasional logistik kopi sendiri, kata Kholiq, berasal dari kas masjid atau terkadang sumbangan dari jama’ah.
“Kadang kalau sedang tidak ada, pakai dari yayasan,” ungkapnya.
Masjid KH. KH. Moh. Abdullah Muchtar ini sendiri berada dibawah Yayasan Walsama (Wahana Amal Sesama Makhluk Allah).
Tidak hanya kopi, setiap Jum’at pagi pengurus masjid juga membagikan nasi bungkus yang diperuntukkan bagi para tukang becak yang banyak mangkal di sekitar masjid.
“Setiap Jum’at pagi kita juga ada bagi-bagi nasi bungkus kepada khususnya tukang becak, dan warga sekitar. Jumlahnya sekitar seratus sampai dua ratus,” aku Kholiq.
“Dan setiap sore juga ada TPQ, jumlah santri yang mengaji sekitar empat puluhan,” pungkasnya. Nah, siapa mau meniru langkah memakmurkan masjid seperti ini?*