Hidayatullah.com–Polrestabes Surabaya bekerja sama dengan Satpol PP Surabaya, Selasa, membekuk dua mucikari dan satu WTS yang masih menggunakan eks lokalisasi Dolly yang sudah ditutup sebagai tempat prostitusi. WTS memanfaatkan kamar kos sebagai praktik.
“Dari mereka polisi menyita uang Rp500 ribu yang berasal dari tamu-tamu yang menggunakan jasa WTS dari dua germo,” kata Kasat Reskrim Polretabes Surabaya AKBP Shinto Bina Gunawan Silitonga dikutip Antaranews.
Hasil pemeriksaan gerebekan oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes dan Satpol PP adanya prototusi di Jalan Kupang Gunung Timur VII, Surabaya. Penyidik menetapkan dua orang sebagai tersangka,mereka HR (46), dan GD (38).
“Dua tersangka ini berperan sebagai makelar,” kata AKBP Shinto Shilitonga, Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, Selasa (26/7/2016).
Dari pemeriksaan kedua makelar ini, masih kata Shinto, bahwa mereka memiliki tiga anak buah yang pernah menjadi wanita Wanita Tuna Susila (WTS) di Dolly.
Awalnya, tersangka Hr (46), warga Kupang Gunung, dan Gd (38), warga Putat Jaya, menjadi kuli serabutan selama tiga bulan.
Namun, ia tak puas dengan hasil yang didapat sehingga menawarkan layanan jasa hubungan seksual kepada lelaki hidung belang dengan tarif Rp350 ribu untuk sekali kencan.
“Si anak diberikan uang Rp150 ribu dan membayar kamar Rp80 ribu, lalu sisanya untuk tersangka,” tambahnya.
Selain uang, polisi juga menyita dua buah telepon genggam milik tersangka.
“Kami harus meyakinkan bahwa eks Dolly tidak lagi digunakan kelompok-kelompok tertentu secara terselubung,” katanya.
Oleh sebab itu, Polrestabes Surabaya bekerja sama dengan Satpol PP melakukan pencegahan dan penindakan.
Atas perbuatannya, kedua tersangka dijerat Pasal 2 UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan ancaman hukuman pidana minimal tiga tahun dan maksimal 13 tahun penjara serta denda Rp120 juta sampai Rp600 juta.*