Hidayatullah.com—Mentan Ketua ICMI dan Menteri Koperasi dan UKM era Pemerintahan Presiden BJ Habibie, Adi Sasono, tutup usia pada hari ini, Sabtu (13/08/2016) sekitar pukul 17.20 WIB di Jakarta.
Adi menghembuskan napas terakhirnya di usia 73 tahun. Sejumlah sahabat almarhum tak luput ikut menyampaikan ucapan duka dan bela sungkawa melalui akun twitter.
“Innalillahi wainna ilaihi rooji’uun. Meninggal dunia Bapak Adi Sasono, hr ini pkl 17.20. Semoga Allah Swt tempatkan Almarhum di surga abadi, “ ujar M Jumhur Hidayat, Mantan Kepala BNP2TKI di bawah pemerintahan Susilo B Yudhoyono dan mantan Direktur Eksekutif CIDES (1993).
Seperti diketahui, Adi Sasono pernah menjadi Sekretaris Umum ICMI Pusat tahun 1990-an, di era BJ Habibie. Juga tokoh LSM dan berbagai aktivitas kemasyarakatan yang identik dengan gerakan ekonomi kerakyatan.
Menurut Jumhur, pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, 16 Februari 1943 silam itu mengabdikan seluruh hidupnya untuk pemberdayaan rakyat.
“Bahkan di saat sakit pun, beliau lupakan bila sedang mengurusi nasib rakyat. Semoga Allah Swt mencatatnya sebagai amal ibadah yang berkontribusi dalam mengantar almarhum memasuki surga abadi,” kata Jumhur dikutip CNN Indonesia.
Ditakuti ‘Konglomerat Hitam’
Adi Sasono lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 16 Februasi 1943 (umur 73 tahun).
Adi Sasono adalah mantan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah era Kabinet Reformasi Pembangunan dibawah kepemimpinan Presiden Baharuddin Jusuf Habibie.
Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) dari tahun 2005 hingga 2009 ini menghabiskan seluruh hidupnya berkecimpung dalam dunia ekonomi kerakyatan.
Mantan Sekretaris Jenderal Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) itu pernah mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden Indonesia sesuai Keppres No.076/TK/TH.1999, tanggal 13 Agustus 1999.
Ia juga memperoleh penghargaan Upakarti yang diberikan oleh pemerintah Indonesia untuk pengembangan industri kecil pada tahun 1990.
Adi adalah cucu Pejuang Kemerdekaan Indonesia Mochammad Roem dan tokoh LSM terkemuka dengan berbagai aktivitas kemasyarakatan lainnya.
Tahun 80-an Adi juga dikenal aktif di sektor kemasyarakatan melalui wadah LSM. Sebagai aktivis LSM, Adi Sasono selalu berusaha dekat dengan rakyat kecil.
Saat menjadi Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah, di mana saja, Adi Sasono selalu berbicara mengenai pentingnya memperkuat ekonomi rakyat di tengah merajalelanya konglomerasi dan merajalelanya penguasaan ekonomi Indonesia oleh segelintir orang.
Akibat gagasannya ini, Majalah Asiaweek dan Far Eastern Economic Review (FEER) dengan julukan “The Most Dangerous Man” (Manusia Paling Berbahaya). Julukan ini akibat sepak terjangnya yang mencemaskan para konglomerat yang menguasai semua aset ekonomi di Indonesia dan merugikan rakyat kecil.
Menurut majalah itu, Adi Sasono dianggap berbahaya dan ditakuti karena kebijakan politik ekonominya, yaitu Ekonomi Kerakyatan, membuat khawatir para pelaku bisnis yang sudah mapan (konglomerat).
Sebaliknya, Majalah the Economist dari Inggris justru menyebut bapak lima anak tersebut sebagai Robin Hood van Java. Robin Hood adalah kisah dari Inggris di Abad Pertengahan, dimana seorang pahlawan pembela rakyat kecil.
“Innalillahi wa innailaihi rojiun. Sangat menyesal sekali tidak berada disamping beliau saat beliau meninggalkan kita. Beliau adalah sahabat, teman seperjuangan dan rekan yang setia, yang cinta serta mengabdikan seluruh hidupnya bagi bangsa dan negara yang dicintainya,” ujar politisi senior Golkar Ginandjar Kartasasmita, Sabtu (13/08/2016) dikutip detik.com.
“Beliau adalah pejuang keadilan dan pahlawan ekonomi rakyat. Kita semua kehilangan beliau. Seluruh doa kita curahkan bagi beliau,” tutup Ginandjar.
“Innalillahiwainnailaihirojiun, kita doakan Pak Adi Sasono husnul khotimah, pejuang kerakyatan sejati, tak kenal lelah dan sakit, terus berpikir dan bertindak,” ujar Ketua Umum ICMI dan Guru Besar Fakultas Hukum UI, Prof Dr Jimly Asshiddiqie dalam akun twitternya.*