Hidayatullah.com– Ketua Komunitas Ciliwung Merdeka, Sandyawan Sumardi, mengaku mengerti “pola” yang digunakan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam menggusur permukiman di Jakarta.
“Pola” itu ia pelajari setelah beberapa kali mendampingi warga menghadapi penggusuran, khususnya yang berada di dekat Sungai Ciliwung.
Ungkap Sandyawan, setiap kali Pemprov DKI akan melakukan penggusuran, Ahok mengawali dengan memberikan pernyataan di Balaikota DKI kepada media.
“Dia (Ahok) bilang bahwa warga di lokasi tersebut liar dan ilegal yang menduduki tanah,” ujar Sandyawan pada diskusi bertema ‘Jakarta untuk Perubahan’ di Tebet, Jakarta, belum lama ini.
Setelah itu, sambungnya, akan ditebarkan stigma berbagai rupa. Di antaranya, stigma bahwa lokasi yang akan digusur itu sebagai penyebab banjir, warganya preman, dan stigma negatif lainnya.
Selanjutnya, terang Sandyawan, mulailah dilakukan langkah secara operasional, yakni berkoordinasi dengan pihak lurah, camat, walikota, dan kepala dinas terkait. [Baca juga: Bukit Duri Digusur, Warga Mengaku Tidak Akan Pilih Ahok]
Dirayu dan Diteror
Di samping itu, ungkap Sandyawan, juga ada langkah khas yang biasa dilakukan Pemprov DKI terhadap warga yang akan digusur.
Yaitu rayuan bahwa seolah-olah tindakan penggusuran itu justru memanusiakan warga Jakarta. Tetapi, menurutnya, selain merayu, juga dengan menekan, menteror, dan mengadu domba warga.
“Saya sendiri mengalami teror itu, bahkan sebelum masuk ke ruangan ini ada 2 personel intel yang menghampiri saya,” ungkap pria yang biasa disapa Romo Sandi ini.
Sandyawan menyampaikan, banyak sekali dampak yang dirasakan warga setelah digusur oleh Pemprov DKI Jakarta. Misalnya, sebelum digusur setidaknya warga merasa punya tanah, tempat tinggal, dan pekerjaan.
“Pekerjaan, itu yang lebih penting. Karena warga sektor informal itu lebih milih pekerjaan ketimbang tempat tidur,” tukasnya.
“Kemudian dipindahkan ke Rusun Rawa Bebek tanpa ganti rugi apapun, dengan kehilangan seluruh haknya. Karena di rusun mereka sewa, bukan memiliki,” tambah Sandyawan.
Ia beranggapan, pembangunan neo develepmentalis yang dilakukan oleh Ahok itu sangat memungkinkan komunitas miskin urban disingkirkan dari ibu kota. [Baca juga: Sindiran Sandyawan: Ahok Sukses Sebagai Gubernur Penggusur]*