Hidayatullah.com—Desakan untuk mengusut kasus penistaan agama dan penjarakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok disuarakan umat Islam Yogjakarta dalam aksi “Apel Kesiapsiagaan Umat Islam DIY dan Jateng” hari Jumat.
Ribuan umat Islam Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah memenuhi halaman Gedung Agung Yogyakarta di Jl. Malioboro. Mereka menuntut si penista Al-Quran diproses hukum dan dipenjarakan.
Acara ini dihadiri tokoh-tokoh masyarakat dan para dai di DIY untuk memberi orasi pada aksi tersebut. Antara lain Irfan S. Awwas dari Majelis Mujahidin, Ridwan Hamidi, Lc dan Okrisal Eka Putra dari MIUMI DIY, Salim A Fillah, penulis buku dan pengasuh Majelis Jejak Nabi. Ada pula orasi dari Abdullah Sunono, dari IKADI Yogyakarta, sementara itu ada Habib Ali dari FPI Yogyakarta, hadir juga Syukri Fadholi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan masih banyak lagi.
Tampil pula memberi semangat Grup Nasyid Fathul Jihad dari Yogyakarta juga Tokoh Reformasi Indonesia, Prof Dr Amien Rais.
Acara yang dimotori oleh Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRI) juga dihadiri oleh pelajar dari berbagai sekolah, santri-santri dari pondok pesantren, dan ormas-ormas Islam yang ada di DIY.

Dalam aksi usai shalat Jumat (28/10/2016) ini, Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) DIY mengeluarkan 6 sikap.
Pertama, mengutuk dengan keras Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang telah nyata-nyata melakukan penistaan terhadal Al-Quran.
Kedua, menuntut kepada aparat hukum untuk segera memeriksa, menahan, dan mengadili Basuki Tjahaya Purnama.
Ketiga, menghimbau kepada media massa untuk mengawal kasus ini dengan pemberitaan yang berimbang dan tanpa tendensi.
Keempat, mengajak kepada seluruh elemen ummat Islam untuk terus menggelorakan aksi hingga Basuki Tjahaya Purnama si penista Al-Quran dihukum setimpal.
Kelima, mengajak kepada seluruh elemen umat Islam, khususnya pemuda Islam, untuk mengawal pendapat dan sikap keagamaan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Umat Islam tidak membiarkan pihak manapun menyudutkan dan menghina para ulama dan MUI.
Keenam, menjadikan peristiwa ini sebagai penyemangat bagi seluruh ummat Islam untuk semakin mencintai Al-Quran, mencintai Islam, mencintai para ulama, dan mencintai bangsa dan negara Indonesia.*/kiriman Mahmud Thorif (Yogjakarta)