Hidayatullah.com- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, merespon kalangan yang menganggap program lima hari sekolah -dimana per harinya belajar 8 jam- memberatkan siswa tidak mampu yang membantu orangtuanya bekerja.
Menurut Muhadjir, perlu dilihat terlebih dahulu apa alasan siswa tersebut membantu orangtuanya. Kalau untuk membantu ekonomi orangtua, kata dia, maka pemerintah akan melakukan afirmasi.
Baca: Kerja Sama Sekolah-Madrasah-Pesantren Dinilai akan Menambah Jam Pelajaran Agama
“Orangtua itu nanti akan dibantu, diberi Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), sedangkan anaknya nanti diberi KIP (Kartu Indonesia Pintar). Sehingga memungkinkan anaknya itu betul-betul bisa sekolah seperti yang seharusnya,” ujarnya saat dihubungi hidayatullah.com, baru-baru ini.
Tapi kalau anak itu membantu orangtuanya dalam rangka belajar berwirausaha seperti menjaga toko, maka, kata Muhadjir, kegiatan itu justru menjadi bagian dari delapan jam belajar.
“Jadi kegiatan itu bisa diakui sebagai bagian dari kegiatan belajar di sekolah,” ucapnya.
Baca: Mendikbud: Program 8 Jam Per Hari, Siswa juga Belajar di Luar Sekolah seperti Masjid
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini menerangkan, wirausaha merupakan bagian dari programnya dalam rangka menguatkan karakter kemandirian. Tinggal, kata dia, guru membuat kegiatan wirausaha menjadi kekuatan anak tadi untuk berkembang lebih lanjut.
“Siapa tahu sekarang bantu orangtuanya jualan, nanti bias jadi konglomerat, kan. Dia tidak perlu jadi dokter, dia tidak perlu jadi profesor, tapi cukup aja nanti dia jadi pengusaha, berhasil,” tutupnya.* Andi