Hidayatullah.com– Upaya pembersihan etnis Rohingya di Myanmar adalah tragedi kemanusiaan yang paling buruk setelah Perang Dunia II. Hal ini diungkapkan Direktur Crisis Center for Rohingya Partai Keadilan Sejahtera (CC4R PKS), Sukamta, pada Aksi Bela Rohingya di kawasan silang Monas, Jakarta, Sabtu (16/09/2017).
Sukamta menyebutkan, tragedi yang terjadi di Rakhine, Myanmar, bukan hanya diskriminasi, melainkan genosida atau pembunuhan massal.
“Jadi orang diusir dengan cara rumahnya dibakar, ditembaki, begitu pergi ditanami ranjau sehingga tidak bisa kembali,” papar Sukamta dalam orasinya pada aksi yang dalam pantauan hidayatullah.com diikuti sedikitnya ribuan -ada yang memperkirakan puluhan ribu- massa.
Baca: Ribuan Massa Ikuti Aksi Bela Rohingya di Jakarta, Ini Tuntutan Mereka
Dunia internasional sudah memberikan kecaman terhadap kekejian di Myanmar. Namun, pemerintah Myanmar tetap bergeming. Sukamta menegaskan, tekanan keras dan segera harus diberikan kepada Myanmar untuk menghentikan tragedi kemanusiaan yang masuk kategori luar biasa ini.
“Kalau dunia internasional tidak turun (tangan), mungkin kita tidak akan pernah melihat lagi orang Rohingya di Myanmar,” ujar anggota DPR RI ini.
Selain menyuarakan tuntutan, pada Aksi Bela Rohingya itu juga dilakukan penggalangan dana.
Sukamta menyebut CC4R PKS di seluruh Indonesia sudah mengumpulkan dana kemanusiaan yang mencapai Rp 3,8 miliar hingga sebelum aksi itu digelar. Tentu belum termasuk hasil penggalangan dana pada aksi kemarin.
“Semua dana kemanusiaan CC4R akan disumbangkan melalui lembaga sosial yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) yang sudah lama bekerja membantu Rohingya,” sebut Sukamta.
Baca: PKS Sisihkan Gaji Anggota Fraksinya untuk Sumbang Rohingya
Dalam Aksi Bela Rohingya itu, sejumlah tokoh hadir menyampaikan orasinya. Di antaranya Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjutak, beberapa tokoh agama Islam dan agama Buddha.*