Hidayatullah.com– KH M Cholil Nafis, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, mengajak umat Islam untuk memanfaatkan momentum tahun baru Hijriyah sebagai sarana mengevaluasi diri.
Hari ini, Rabu, 20 September 2017 bertepatan dengan Kamis, 1 Muharram 1439 H alias tahun baru Islam.
“Seyogianya kita bersama bermuhasabah (evaluasi) diri, apakah sudah melakukan hijrah dan memantapkan hijrah dalam menjalani kehidupan sehar-hari,” ujar Kiai Cholil kepada hidayatullah.com Jakarta lewat pernyataan tertulisnya, hari ini.
Baca: Janji Allah untuk Kaum Terusir, Hijrah, dan yang Dihinakan
Menurutnya, kata hijrah akhir-akhir ini jadi tren di kalangan anak muda penggiat keagamaan untuk menunjukkan dia sudah taubat dan kembali pada jalan yang benar.
“Hijrah itu ungkapan yang menunjukkan dirinya insaf dari dunia kelam atau maksiat menuju kesadaran beragama,” ujarnya.
Sebenarnya, jelas Kiai Cholil, kata hijrah mulai dikenal sejak zaman Nabi Ibrahim Alaihissalam saat diucapkan bahwa ‘saya berhijrah kepada Allah’ (“inni muhajirun ila Rabbi”, dalam Al-Qur’an Surat ke-29 ayat 26).
“Lima ribu tahu kemudian di zaman Nabi terakhir, mulai dikenal lagi ungkapan hijrah saat Sayyidina Utsman diizinkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk hijrah (pindah) ke Habasyah,” terangnya.
Baca: Salim A Fillah: 4 Bekal Penting Harus Dimiliki Orang yang Berhijrah
Kemudian, lanjutnya, kata hijrah lebih populer saat peristiwa besar dan babak baru perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika hijrah (pindah) dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M.
Dimana kata dia peritiwa hijrah itu oleh Sahabat Umar bin Khattab dijadikan nama Tahun Islam atas saran Sahabat Ali bin Abi Thalib dalam musyarah para sahabat tahun 14 H.
Hijrah yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seuntai antara fisik dan jiwanya. Ia hijrah dari Makkah ke Madinah, hijrah dari lingkungan yang mengusik ke lingkungan yang penuh keakraban, sekaligus menunjukkan hijrah yang utuh dalam keimanan.
“Menurut Al-Qusyairi, hijrah itu ada dua: hijrah maknawi dan hissi atau biasa disebut hijrah zhahir dan batin,” sebutnya.
Baca: Jadikan Tahun Baru Islam Momentum Persatuan, Jika Tak Ingin Dijadikan “Hidangan”
Hijrah batin adalah pindah dari kekufurun menuju iman dan dari berserah diri kepada makhluk menuju penyerahan diri seutuhnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala, terangnya.
“Adapun hijrah zhahir adalah meninggalkan kemungkaran menuju keshalihan, dari pakaian terbuka menuju berhijab dan meninggalkan dunia kelam menuju hidayah,” jelasnya.
“Selamat berhijrah menuju ridha Allah Subhanahu Wata’ala,” pungkas Kiai Cholil.*