Hidayatullah.com– Berdasarkan survei UNESCO tahun 2012, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 persen dari 1.000 penduduk, hal inilah yang membuat novelis yang juga sastrawan Indonesia, Asma Nadia, mengaku miris sekaligus optimistis akan perkembangan literasi di Indonesia.
“Saya sering mendengar para ibu yang mengeluh anaknya malas membaca, atau para guru juga mengomentari hal yang serupa, masih miris,” tuturnya kepada hidayatullah.com selepas acara peduli literasi di Kuningan, Jakarta, Senin (18/12/2017).
Asma Nadia pun menambahkan, dia sangat optimistis dengan adanya Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang semakin banyak dan proposal pendirian Taman Baca ke Asma Nadia Publishing juga bertambah.
“Semoga hal tersebut menjadi pertanda baik, kita belum beranjak survei UNESCO yang terakhir, tingkat baca di Indonesia cuma 0,01 persen. Tapi mudah-mudahan dengan kayak sekarang dengan adanya Gerakan Literasi Nasional dan pemerintah ikut turun tangan langsung, akan lebih baik. Saya optimis insya Allah,” ungkapnya.
Asma Nadia berharap pendidikan literasi di keluarga diperkuat, karena keluarga bagian inti dari masyarakat. Kalau ingin lebih melek literasi dan budaya membaca kuat, peran orangtua harus sangat signifikan.
Baginya, membaca bukanlah aktivitas masa lalu bagi anak ketika mereka sekolah. Tapi peran yang terpenting bagi orangtua yaitu menghadirkan anak–anak yang suka membaca.
Baca: Bangun Budaya Baca, Orangtua Didorong Bangun Perpustakaan Keluarga
“Jadilah ayah-ibu yang suka membaca, pentingkan budaya membaca buku daripada budaya menonton. Tempatkan buku dimana-mana, membudayakan memberikah hadiah berupa buku kepada anak-anak dan yang terakhir ajak mereka menulis,” pesan Asma Nadia yang juga pendiri Forum Lingkar Pena dan manejer Asma Nadia Publishing House.* Zulkarnain