Hidayatullah.com– Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) kembali mendapatkan gelar doktor Honoris Causa. Gelar doktor Honoris Causa dalam bidang Sosiologi Agama ini diberikan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin di Makassar, Sulawesi Selatan, kepada Wapres JK melalui sidang senat terbuka luar biasa, Kamis (25/01/2018).
Dalam pidato pengukuhannya, Wapres JK memaparkan pandangannya mengenai upaya menciptakan perdamaian dari perspektif agama, ekonomi, dan politik.
Ia menegaskan, agama bukan sumber konflik dan kekerasan. “Semua agama sangat menekankan ajaran tentang perdamaian dan kedamaian,” ucapnya.
Penyalahgunaan agama itu sering terkait dengan kepentingan politik, ekonomi, dan kontestasi lain di antara kelompok masyarakat atau komunitas berbeda. “Agama dibawa belakangan untuk menjustifikasi,” ujar Wapres JK.
Baca: Ketimpangan Harga di Jawa-Papua, Jokowi: Belum Ketemu Jurus Mengatasinya
Wapres JK memaparkan, faktor ekonomi, yaitu adanya ketidakadilan dan ketimpangan, seringkali justru menjadi penyebab utama konflik.
“Kepincangan dan ketidakadilan ekonomi di antara kelompok warga merupakan salah satu faktor utama konflik dan kekerasan.” terangnya.
Oleh karena itulah, lanjut Wapres JK, pengembangan pembangunan ekonomi yang berkeadilan dan berimbang sangat penting dalam menciptakan perdamaian, kedamaian, dan harmoni.
“Pertumbuhan ekonomi harus disertai pemerataan untuk memperbaiki kehidupan mereka yang miskin atau menganggur,” ujar Wapres JK.
Baca: Di depan Presiden Jokowi, Muhammadiyah Sampaikan Berbagai Kritik Tajam soal Kondisi Bangsa
Wapres JK mengingatkan, politik juga salah satu faktor utama penyebab konflik. Proses politik seringkali menghasilkan sistem yang tidak berkeadilan yang dapat memicu konflik.
“Jika proses politik menghasilkan ‘pemenang yang mengambil semua kekuasaan’ (winners take all), bisa dipastikan konflik dan kekerasan dapat muncul sewaktu-waktu,” tuturnya di hadapan civitas akademika.
Wapres JK mengatakan berdasarkan pengalaman pribadinya dalam menyelesaikan untuk mengakhiri konflik di Ambon, Poso, dan Aceh, tidak lain untuk memberikan refleksi tentang bagaimana menciptakan perdamaian (crafting peace) walaupun tidak mudah.
“Membangun perdamaian adalah ‘seni’ yang bersumber dari ketekunan, kegigihan, dan keahlian,” paparnya.
Baca: Saran PBNU Atasi Ketimpangan Antar Wilayah dan Ekonomi
Menurutnya, dalam proses menciptakan perdamaian, diperlukan beberapa hal, yaitu: memahami pihak-pihak yang bertikai, membangun kepercayaan, saling menjaga martabat, dan yang lebih penting didasari dengan keikhlasan serta ibadah.
Menutup pidato inagurasinya, Wapres JK menyerukan kepada semua pihak untuk terus berupaya menjaga perdamaian dan kedamaian.
“Kita perlu memperkuat komitmen kita pada perdamaian, kedamaian, dan harmoni sehingga kita dapat memiliki dunia yang lebih damai dan lebih baik,” pungkasnya rilis Setwapres.*