Hidayatullah.com– Dai internasional Dr Bilal Philips, menegaskan pentingnya pendidikan bercontoh pada pendidikan Rasulullah kepada para sahabatnya sebagai generasi awal Islam. Materi ini, disampaikan cendekiawan kelahiran Jamaika di arena Silaturahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah di Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (23/11/2018).
“Satu-satunya cara perbaiki umat yang sudah terlanjur besar ini ialah melahirkan generasi yang generasi itu seperti generasi para sahabat,” tegas Bilal Philips.
Dai yang memiliki nama sapaan Abu Ameenah ini juga mengutip nasihat Imam Malik tentang solusi metode pendidikan yang ideal, yakni merujuk generasi sahabat.
“Imam Malik berkata bahwa umat yang akan datang hanya bisa diperbaiki dengan cara umat terdahulu diperbaiki oleh Rasulullah,” ujarnya di depan ribuan dai Hidayatullah.
Bilal Philips juga menjelaskan, umat Islam yang hadir belakangan ini memiliki potensi sebagai seorang Muslim yang memiliki iman yang paling hebat dan menakjubkan. Seperti yang dijanjikan Rasulullah dalam salah satu Haditsnya, Rasulullah menjelaskan, ada saudaranya yang memiliki iman paling hebat dan menakjubkan. Mereka adalah yang beriman kepada apa yang Rasulullah bawa walaupun tak langsung berjumpa dengannya.
Tapi Bhilal Philips mengatakan, stigma negatif sudah terlanjur melekat di tubuh umat Islam sekarang ini. “Kita dikenal kaum yang suka mencuri, mengambil haknya orang lain,” ujar alumnus Universitas Islam Madinah ini.
Bilal Philips memberikan tiga metode sebagai langkah awal untuk membangun generasi seperti generasi sahabat sebagai solusi perbaikan umat Islam.
Yang pertama, generasi berkepribadian yang melekat pada dirinya nilai-nilai Islam.
“Saya mengunjungi sekolah-sekolah di dunia, dari Afrika hingga Asia. Saya mengajukan pertanyaan, apakah kalian adalah seseorang Muslim sesungguhnya. Tapi saya menemukan bahwa mereke bukanlah seorang Muslim sesungguhnya. Pertanyaan pertama, coba angkat tangan dari kalian yang bersumpah tidak pernah selama hidupnya memyontek dan berbohong. Tapi tidak ada yang angkat tangan. Mungkin cuman satu atau dua orang saja.”
“Maka hal yang paling mendasar adalah membangun manhaj dan metode kita mendidik agar menjadi generasi yang berani bersumapah bahwa dia tidak pernah berbohong dan mencotek,” tegas Bilal Philips.
Kedua, memasukkan nilai-nilai Islam ke semua mata pelajaran umum. Kemudian menjadi pelajaran-pelajaran Islam menjadi pelajaran yang disukai generasi ini.
“Maka ketika bisa mengintregasikan dinul Islam ini ke semua pelajaran umum dan modern, membuat generasi ini tidak memiliki kepribadian yang pecah. Tapi generasi dengan kepribadian yang utuh.”
Ketiga, membangun para pendidik ilmu Islam memiliki ilmu cara mendidik.
“Kita melihat ketika orang yang belajar pelajaran umum, kemudian ketika mereka mau mengajarkan ilmunya maka ia harus belajar lagi bagaimana cara mengajarkan ilmu umumnya itu. Tapi berbeda dengan orang yang mempunyai Ilmu Islam, mereka langsung mengajarkan dari ilmu yang didapatkannya,” ujar Bilal Philips.* Rofi Munawwar