Hidayatullah.com—Usai shalat Idul Adha hari Jum’at (26/0/2012) Hidayatullah.com berkeliling ke sebagian wilayah kabupaten Bogor dan kota Bogor untuk melihat suasana kota di hari raya kedua umat Islam itu.
Berbeda dengan Hari Haya Idul Fitri, suasana kota lengang, bahkan tidak seramai pada hari-hari kerja dan akhir pekan di mana jalanan kota penuh sesak dengan kendaraan bermotor. Tampak hanya sedikit orang yang mengenakan pakaian bagus dan baru.
Di sepanjang jalan, dari masjid-masjid kampung dan kompleks perumahan tidak terdengar suara takbir meramaikan suasana hari raya usai shalat Ied, termasuk di Masjid Raya Bogor yang lama Masjid-masjid itu terlihat sepi dan lengang. Oleh karena Idul Adha tahun ini bertepatan dengan hari Jumat, sepertinya pengurus masjid sepakat untuk tidak mengotori area masjid dengan darah qurban, kebanyakan melakukan penyembelihan di hari tasyriq.
Hanya satu masjid yang terlihat melakukan penyembelihan Jumat kemarin, yaitu masjid dalam lingkungan kompleks angkatan darat Pomad di Ciparigi, Bogor. Tujuh ekor kambing tampak sudah digantung di dekat pagar di pinggir jalan. Dua diantaranya sudah mulai dikuliti. Warga yang melihat acara penyembelihan itu pun tidak terlalu ramai, sebagian duduk di atas rumput di tepian jalan seberang masjid. Anak-anak, yang biasanya selalu ingin tahu, berdiri tidak terlalu dekat. Mungkin takut, karena panitianya tentara. Tidak ada takbir yang terdengar di sana.
Dalam perjalanan menuju daerah kota, masih di sekitar Ciparigi, Hidayatullah.com mendapati pemandangan yang agak janggal. Di tepian jalan yang cukup ramai sejumlah orang terlihat sedang melihat seekor kambing yang sedang dikuliti. Seekor kambing lain terlihat tergolek tanpa nyawa di lahan kosong berumput tebal sekitar 4 meter agak ke bawah dari bibir jalan.
Di sekitar daerah itu tidak terlihat ada masjid dan tidak terdengar suara takbir. Saat ditanya apakah sedang menyembelih hewan qurban, seorang ibu membenarkannya.
“Ini qurban dari keluarga saya atas nama orangtua,” kata wanita yang menyebut namanya dengan Ibu Hidayat itu.
Keluarganya memilih untuk tidak menyalurkan qurban lewat masjid karena merasa panitia kurang baik dalam mendistribusikannya, terutama kepada orang-orang yang kurang mampu.
“Di sana, di Tanah Baru di daerah pinggir kali, banyak orang yang tidak kebagian daging,” katanya.
Menurut wanita itu, panita qurban di masjid lebih banyak membagikan daging kepada teman atau saudaranya sendiri sementara mereka adalah orang yang tergolong mampu. Sedangkan warga yang benar-benar miskin ada yang tidak mendapatkan bagian hewan qurban. Dengan menyembelih sendiri, dia mengaku bebas membagikannya kepada orang yang dianggapnya layak menerima, di samping sebagian untuk keluarga besarnya.
Tahun ini keluarga Ibu Hidayat qurban dua ekor kambing. Dia tidak perlu membayar jasa tukang jagal, sebab salah seorang kerabatnya pandai menyembelih hewan ternak. Dia mengaku, suaminya yang memberikan uang untuk membeli hewan qurban, tidak tahu berapa harga dua ekor kambing yang dibelinya itu.
Sementara itu Ibu Mimin yang tinggal di sebuah kompleks perumahan tidak jauh dari Pemda Cibinong memilih untuk berqurban di kampung halaman suaminya.
“Di sini sudah banyak yang qurban. Sementara di masjid kampung di desa suami saya di Kutoarjo, hewan qurban setiap tahunnya hanya 3-4 ekor. Lebih baik saya qurban di sana untuk lebih meramaikan,” katanya.
“Qurban di sini atau di sana sama saja,” kata wanita yang titip keponakannya untuk membeli seekor kambing seharga 2,3 juta itu.
“Harga segitu wajar, kambingnya besar dan itu sudah termasuk biaya perawatan sebelum disembelih,” imbuhnya, sambil menunjukkan foto kambing berwarna coklat muda di ponsel Blackberry-nya.
Menurut Bapak Tolo, manula jamaah masjid yang tinggal satu kompleks dengan Ibu Mimin, panitia setempat beberapa hari lalu berpesan agar anggota panitia tidak seenaknya membagi-bagikan daging.
“Setiap RT dimintai 3 orang perwakilan untuk membantu panita qurban. Lalu ada yang mengirim 5 orang. Kemudian ketua panitia memperingatkan agar mereka nantinya jangan berbuat sewenang-wenang, mentang-mentang ikut jadi panitia lalu daging dibagi-bagikan kepada tetangga atau saudaranya saja,” kata Pak Tolo. Panitia masjid di kompleks perumahannya, tahun ini menyembelih lebih dari 60 ekor kambing dan 8 sapi. Penyembelihan dilakukan pada hari tasyriq, Sabtu (27/10/2012).
Pada dua hari raya, Idul Fitri dan Idul Adha, ummat Islam disunnahkan untuk bertakbir. Kumandang takbir dengan demikian seharusnya banyak terdengar kemarin, terutama di masjid-masjid. Namun sayangnya, di kota berjulukan Tegar Beriman itu takbir justru terdengar membahana tanpa putus di dalam sebuah gedung pasar moderen di kawasan Taman Yasmin.*