Hidayatullah.com– Panitia Reuni 212 yang berlangsung di kawasan Monas dan sekitarnya di Jakarta Pusat, 2 Desember 2018 lalu, memberikan Anugerah 212 Award kepada sejumlah media baik media arus utama (mainstream) maupun media Islam.
Penghargaan ini diberikan atas upaya media-media dimaksud dalam melakukan kerja-kerja jurnalistik memberitakan Aksi Bela Islam III (Aksi 212) pada 2 Desember 2016 lalu di Jakarta. Diketahui aksi ini menjadi catatan sejarah baik di Indonesia maupun dunia.
Terkait itu, satu hal dinilai penting untuk menjadi pengingat bagi media maupun para wartawannya bahwa dalam melaksanakan tugas-tugas jurnalistik harus sesuai kode etik jurnalistik.
Ketua Dewan Seleksi 212 Award Neno Warisman dalam jumpa pers pada malam penganugerahan, Jumat (04/01/2019), menekankan hal itu, bahwa pesan dia mengingatkan, “Wartawan harus bekerja sesuai kode etiknya.”
Senada itu, Penanggung Jawab 212 Award Slamet Maarif berharap media-media massa senantiasa menjunjung tinggi kode etik jurnalistik. Dalam konteks aksi 212 yang bersejarah itu, dinilai sepatutnya media-media memberitakannya secara proporsional, bukan malah menihilkannya.
“Kepada media jangan jadi bagian yang menenggelamkan sejarah (aksi 212, Red),” ujar Slamet di panggung acara yang berlangsung di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jl HR Rasuna Said Kav C 22, Jakarta, Jumat (04/01/2019).
Mahladi yang mewakili hidayatullah.com menerima award tersebut pun menyampaikan, perlu diketahui bahwa jurnalis-jurnalis Islam telah menyusun kode etik jurnalistik Muslim.
“Dan itu telah kami sosialisasikan supaya bisa dipahami oleh seluruh jurnalis Muslim, dan tentu saja berdasar kepada Al-Qur’an dan Sunnah,” ujarnya disambut apresiasi saat memberikan sambutan sebelum menerima award.
“Award untuk Semua Media Islam”
Di samping hal itu, penganugerahan tersebut dinilai juga layak disematkan bagi media-media Islam lainnya yang turut bekerja keras dalam melakukan peliputan dan kerja-kerja jurnalistik pada Aksi Bela Islam.
“Di lapangan, di (Aksi) 212 dari awal sampai akhir kami juga di-support oleh seluruh kawan-kawan Muslim. Kami bersatu. Karena kalau kami sendirian kami tidak mampu. Sehingga seluruh wartawan kemudian bekerja sama. Kami bagi tugas semua. Ada yang meng-cover di sini, ada yang meng-cover di sini, sehingga semua bisa ter-back up dengan baik,” ujar Mahladi
Media online nasional hidayatullah.com termasuk salah satu media yang meraih penghargaan tersebut. Media yang berada di bawah naungan ormas Hidayatullah ini terpilih sebagai “212 Islamic Media of the Year”.
“Bahwa perjuangan Hidayatullah media online ini tidaklah sendirian,” tambahnya.
Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang menggelar penganugerahan tersebut menjelaskan, 212 adalah gelaran aksi religius berlokasi di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, yang dihadiri oleh jutaan umat Muslim dan non-Muslim dari seluruh Indonesia.
Awalnya Aksi 212 digelar tahun 2016 lalu, saat kasus penistaan agama yang dilakukan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, muncul.
Maka setiap tanggal 2 Desember, aksi selalu digelar kembali sebagai peringatan bahwa ada sebuah aksi di tanah air yang dihadiri jutaan umat Islam berlangsung dengan tertib, damai, dan santun, bertajuk Reuni Akbar 212.
“Perhelatan Reuni Akbar 212 telah usai diselenggarakan pada tanggal 2 Desember 2018 lalu. Gelaran aksi tersebut dihadiri oleh lebih dari sepuluh juta umat Muslim dan non-Muslim tanah air. Terbukti hotel di Jakarta full pada hari itu, termasuk transportasi juga penuh. Dan seperti biasanya gelaran aksi 212 berjalan kolosal, tertib, damai, dan santun,” pernyataan panitia semalam.
Namun fenomena Reuni Akbar 212, aksi religious kolosal yang melibatkan jutaan umat yang berlangsung tertib, damai, dan santun, tidak mendapatkan porsi berita dan liputan dari media-media mainstream tanah air secara maksimal. Baik media televisi, online, maupun koran.
“Hanya beberapa media saja secara konsisten dari awal gelaran Aksi Damai 212 hingga Reuni Akbar 212 bulan lalu selalu meliput dan memberitakannya,” ujarnya.
Padahal, masih jelasnya, 212 adalah jiwa patriotik bersama milik seluruh masyarakat Indonesia dan dapat dijadikan sebagai salah satu aset bangsa di sektor pariwisata yang dapat dikelola untuk pertumbuhan ekonomi. “Maka seluruh masyarakat berhak mendapatkan informasi yang seluas-luasnya dan selengkap-lengkapnya. Keakuratan informasi yang sesuai dengan fakta adalah sebuah keharusan demi mencerdaskan bangsa.”
Oleh karena itu, panitia Reuni Akbar 212 menganugerahkan penghargaan 212 Award kepada para media dan individu yang dinilai secara konsisten menggaungkan jiwa patriotik 212 yang kolosal, tertib, damai, dan santun.*
Baca: Jurnalis Diingatkan untuk Tidak Beriktikad Buruk dalam Profesinya