Hidayatullah.com—Ada perkembangan terbaru atas proyek penanggulangan terorisme di Indonesia. Ditengarai adanya pesan terselubung dibalik penyitaan barang bukti di Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Itulah mengapa maka semua benda yang ada di TKP yang disita Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri (Densus 88) bisa menjadi barang bukti. Termasuk buku-buku. Demikian disampaikan peneliti Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B Nahrawardaya.
“Tidak pandang bulu. Mau buku doa, buku ilmu agama, buku tuntutan muamallah, sampai buku tulispun diangkut menjadi barang bukti,” jelas Mustofa kepada hidayatullah.com, Kamis (09/01/2012).
Mustofa menilai aparat sudah pasti tidak memiliki beban, saat mengangkut benda-benda tersebut, sebagaimana saat memungut bedak bayi, bedak kosmetik, maupun pulpen aluminium sebagai barang bukti.
Kenapa demikian, “Jawabannya sangat mudah. Apa yang membebani, lha mereka saja berani nekat menyita al-Qur’an, apalagi kalau hanya menyita buku agama?,” tambah kader PP Muhammadiyah ini lagi.
Mustofa sendiri tidak paham, siapa orang-orang yang bersembunyi di balik topeng-topeng hitam para anggota Densus ini.
“Mereka tidak memiliki perasaan sedikitpun terhadap pemeluk Islam yang dulunya membebaskan negeri ini dari penjajah,” tegasnya.
Mustofa juga menilai aparat Densus 88 bukan orang asing karena keberadaan dan tindakannya diakui Mabes Polri.
Lelaki berkacamata ini menengarai, aparat Densus 88 jangan-jangan bukan orang Muslim. Ini bisa dilihat dari cara mereka saat memperlakukan Al-Qur’an.
“Baik dilihat dari jenis buku yang disita, maupun cara mereka memperlakukan Qur’an, bagi saya tindakan mereka jelas meninggalkan kesan sangat buruk dan misterius,” jelasnya lagi.
“Mereka mengambil buku agama, mengambil Qur’an sudah pasti itu tindakan tidak adil dan diskriminatif,” tambah lelaki yang dikenal sebagai Calon Legoslatif (Caleg) dari salah satu partai Islam ini.
Kenapa diskriminatif? Menurutnya lagi ini karena kalau Densus 88 mau, mestinya yang diangkut Densus 88 menjadi barangbukti adalah benda-benda yg terkait langsung para terduga terorisme.
Terakhir menurutnya, dipilihnya Al-Qur’an dan buku agama termasuk Buku Tafsir Ibnu Katsir, Buku Fiqh Jihad Yusuf Qaradhawi pada beberapa penyitaan sebelumnya, jelas pasti punya misi terselubung di baliknya.
Aparat seolah mengirim pesan kepada orang di Indonesia bahwa buku-buku tersebut berbahaya dan bisa menyebabkan pembacanya menjadi teroris.*