Hidayatullah.com | RUMAH Bersalin Cuma-Cuma (RBC) kini menjadi andalan bagi kaum dhuafa, karena memberi layanan gratis. Sejak diinisiasi Tahun 2004 lalu, hingga kini tahun 2020, RBC telah membantu memfasilitasi kelahiran lebih dari 9000 bayi dari kalangan dhuafa.
RBC yang berada di bilangan Holis, Cigondewah, Kota Bandung, Jawa Barat, ini juga menyediakan beberapa layanan gratis seperti ultrasonography (USG), senam hamil, paket perawatan paska persalinan, dan layanan kesehatan ibu dan anak lainnya. Termasuk pada kasus-kasus khusus semisal tindakan Operasi Caesar (sectio).
RBC merupakan salah satu program dari Sinergi Foundation (SF), sebuah lembaga yang fokus bergerak di bidang kesehatan, pendidikan, sosial – pemberdayaan.
“Sebagai lembaga milik umat, kita berupaya melayani masyarakat seoptimal mungkin. Misal, di RBC ada pasien dhuafa yang sudah menjadi member dan terpaksa harus menjalani operasi Caesar. Maka kita akan bertanggungjawab agar pasien tersebut mendapat akses operasi Caesar secara cuma-cuma, dengan pola kolaborasi dengan Rumah Sakit tertentu yang sudah menjadi mitra SF,” jelas HB Sungkaryo, Manager Research and Development SF saat ditemui Suara Hidayatullah di kantornya, Januari lalu.
Selain klinik bersalin gratis, Tahun 2019 lalu, SF juga menginisiasi program RS (Rumah Sehat) Bimaristan Ibnu Ruman, berkolaborasi dengan Ibnu Ruman Center (IRC). Bimaristan Ibnu Ruman sendiri adalah program yang memadukan metode pengobatan kedokteran Barat dan Timur, antara lain: Akupressur, akupunktur, sengat lebah, bekam, kiropraksi dan beberapa metode lainnya. Berlokasi di bilangan Kalijati No. 16, Antapani, Bandung, RS Bimaristan Ibnu Ruman ini melayani terapi pengobatan berbagai penyakit secara gratis untuk semua kalangan.
Di ranah pengembangan sosial, SF menggagas Taman Wakaf Pemakaman Muslim, Firdaus Memorial Park (FMP), di Kabupaten Bandung Barat. “FMP merupakan taman pemakaman muslim pertama di Indonesia yang mengusung konsep wakaf, tanpa unsur bisnis atau komersial. Diperuntukkan bagi wakif (orang yang berwakaf), dhuafa dan masyarakat muslim pada umumnya, FMP mengedepankan nilai asri, nyaman, ramah lingkungan dan sesuai Syariah,” Katanya.
Kesesuaian Syariah, tambah Habe, dibuktikan dengan surat Rekomendasi MUI Nomor: Rek-328/MUI/VIII/2014 yang ditandatangani langsung oleh Ketua Komisi fatwa MUI Pusat Prof.Dr.H. Hasanuddin AF, MA dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat Dr.HM. Asrorun Niam Sholeh.
Habe menyampaikan bahwa seluruh program itu dikelola dari dana wakaf, zakat, infak masyarakat. Menariknya semua program SF itu, terutama yang berbasis wakaf, bisa dirasakan manfaatnya oleh semua kalangan masyarakat, tanpa melihat status sosialnya.
Mendirikan Kuttab
Pada bidang pendidikan, SF bekerjasama dengan Yayasan al-Fatih Pilar Peradaban mendirikan cabang baru Kuttab Al Fatih – Sinergi Foundation (2018) di Cileunyi, Jawa Barat. “Kuttab Al Fatih Cileunyi SF lahir dari Kolaborasi SF dengan Yayasan Al Fatih Pilar Peradaban pimpinan Ustadz Budi Ashari, sekaligus juga pilot project pendidikan gratis pertama untuk semua kalangan, berbasis wakaf,” kata Habe.
Kuttab al-Fatih merupakan lembaga pendidikan dengan visi “Melahirkan Generasi Gemilang di Usia Belia”. Jenjang pendidikannya setingkat sekolah dasar yaitu usia 5 sampai 12 tahun.
Kuttab al-Fatih SF ini berangkat dari idealisme bahwa Pendidikan adalah hak setiap insan. “Maka siapapun dari kalangan manapun berhak mendapatkan akses pendidikan berkualitas, bahkan gratis. Dan momentum itu hadir ketika Allah mempertemukan SF dengan Ustadz Budi, penggagas Kuttab Al Fatih,” ungkap Habe.
Saat itu, kata Habe, Ustadz Budi memberikan semacam tantangan. “Jika SF mau mendirikan Kuttab baru, jangan tanggung. Buat sekalian Kuttab Al Fatih percontohan pertama yang gratis untuk semua kalangan, basis pembiayaannya wakaf produktif. Kuttab Al Fatih di tempat lain memang belum bisa gratis, walaupun sifatnya tetap non profit, tidak berorientasi cari untung,” kata habe, menirukan ucapan ustadz Budi saat proses penjajakan kolaborasi.
Dari mana biaya untuk menopang keberlangsungan Kuttab Al Fatih gratis?
Di Kuttab Al Fatih Sinergi Foundation ini, seluruh operasionalnya dibiayai dari dana wakaf, termasuk tanah dan gedungnya. Melalui kuttab inilah, SF bercita-cita membangun kembali “generasi emas” Islam. Berangkat dari keadilan dan kesetaraan di ranah pendidikan berkualitas.
Investasi Wakaf
Ke depan, lembaga independen yang didirikan oleh Prof. Dr. KH. Miftah Faridl, Tahun 2002 lalu ini, akan lebih fokus menggali serta mendayagunakan potensi wakaf masyarakat.
Selain ikhtiar edukasi hal ihwal wakaf, Kang Habe menjelaskan, bahwa SF berusaha mengembangkan model-model program sosial-pemberdayaan (Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, lingkungan) berbasis wakaf. Di mana, mulai dari asset (tanah dan bangunan) hingga operasional keberlangsungan program, sepenuhnya ditopang oleh wakaf.
“Kami menyebutnya Investasi Wakaf. Kata ‘investasi’ di sini kami maknai lebih luas, bukan sekadar bisnis yang menghasilkan keuntungan berupa materi, sebagaimana pengertian populer. Jadi program-program sosial pemberdayaan itu istilah SF Investasi Wakaf di sektor sosial pemberdayaan. Dimana, output dan outcome-nya bukan keuntungan material, melainkan kuantitas dan kualitas penerima manfaat langsung maupun penerima manfaat tidak langsung,” papar Habe.
Sementara usaha wakaf yang akan menopang keberlangsungan program Investasi Wakaf di sektor sosial pemberdayaan, tambah Habe, SF istilahkan Investasi Wakaf di sektor usaha/bisnis, atau yang saat ini populer disebut wakaf produktif.
“Maka, baik Investasi Wakaf di sektor sosial pemberdayaan maupun Investasi Wakaf di sektor bisnis, dalam pengertian SF tetap ‘harus’ produktif. Investasi Wakaf di sektor bisnis harus produktif menghasilkan profit, sementara Investasi Wakaf di sektor sosial pemberdayaan harus produktif menghasilkan benefit. Dengan demikian, esensi wakaf sebagai sedekah jariyah, yang produktif mengalirkan pahala berkelanjutan bisa terwujud,” terang Habe.
Habe mencontohkan program Kuttab Al Fatih. Program ini, kata Habe, terkategori Investasi Wakaf di sektor sosial pemberdayaan (bidang Pendidikan), yang ditopang pembiayaan operasionalnya dari profit Investasi Wakaf di sektor usaha/bisnis, salah satunya Rumah Makan Ampera di bilangan Pasteur, Bandung.
Meski begitu, diakui Habe, edukasi wakaf masih menjadi tantangan tersendiri. “Masyarakat belum begitu aware, bahwa wakaf itu tidak melulu di sektor sosial pemberdayaan, melainkan bisa juga dioptimalkan di sektor bisnis/ usaha yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman, untuk kemaslahatan yang lebih besar dan berkelanjutan,” papar Habe.
Karenanya, kata Habe, sebagai nazhir (pengelola wakaf) SF terus berupaya membuat berbagai terobosan baru di ranah investasi wakaf yang bisa menghadirkan kebermanfaatan.
“InsyaAllah, ke depan kita concern di pengembangan Investasi Wakaf, baik di sektor sosial pemberdayaan, maupun sektor bisnis/ usaha,” terang Habe.*/Azim Arrasyid, Suara Hidayatullah