Hidayatullah.com—Hari Selasa, 31 Mei 2022, tepat 12 Tahun peristiwa Mavi Marmara. Dunia menyaksikan bagaimana penjajah ‘Israel’ menghentikan bahkan membunuh 9 orang aktivis kemanusiaan dalam misi Freedom Flotilla menuju Jalur Gaza.
Peristiwa bersejarah ini harus tetap hidup, dan menggerakkan kesadaran dan kepedulian dunia untuk kemerdekaan Palestina. Guna menjadikan momentum itu sebagai sebuah sarana merawat semangat perjuangan menghapuskan segala penjajahan di muka bumi, Sahabat Al-Aqsha, Mavi Marmara Foundation, Majalah HIdayatullah, DPP Hidayatullah dan Pemuda Hidayatullah menyelenggarakan peringatan 12 tahun Mavi Marmara.
Hadir narasumber utama dalam kegiatan itu, Ismail Songur (Ketua Mavi Marmara Foundation), Santi Soekanto, Duta Besar Zainulbahar Noor, Dubes Palestina Zuhair Al-Shun, anggota DPR RI Fadli Zon, Dzikrullah, Dr. Nashirul Haq, Hamim Thohari, Surya Fachrizal (wartawan dan korban serangan ‘Israel’), Neno Warisman dan Imam Nawawi.
Ketua Mavi Marmara Foundation İsmail Songür mengucapkan rasa syukurnya atas semangat bangsa Indonesia yang terus memperjuangkan bebasnya Palestina. “Terima kasih Indonesia untuk dukungannya yang besar bagi perjuangan kemerdekaan Palestina dan Masjidil Aqsha,” katanya.
Sementara itu, Ketua BKSAP-DPR-RI Dr. Fadli Zon mengatakan, masyarakat dan lembaga kemanusian seperti ini telah memiliki dampak positif dalam diplomasi. “Rakyat Indonesia yang berinisiatif dan bekerja lewat masyarakat madani (civil society) seperti Freedom Flotilla, Mavi Marmara, Hidayatullah, Sahabat Al-Aqsha ini berdampak diplomasi yang positif bagi Indonesia. Semua yang ikut serta sepenuhnya dilindungi oleh Undang-undang bahkan sangat sesuai dengan Pembukaan UUD ’45,” ujarnya.
Ketua Umum DPP Hidayatullah Dr. Nashirul Haq mengatakan peristiwa bersejarah di Mavi Marmara setidaknya mengajarkan hikmah, bahwa syahadah di jalan Allah harus menjadi cita-cita semua orang. “Syahadah di Jalan Allah harus jadi cita-cita kita semua. Caranya dengan menjadikan perjalanan hidup kita mulia dengan jihad menegakkan keadilan yang menggantikan kezhaliman,” katanya.
Acara ini juga menghadirkan Surya Fachrizal, wartawan Anadolu Agency, korban kejahatan ‘Israel’ dalam rombongan Mavi Marmara. Surya, saat itu mewakili Majalah Hidayatullah, ditembak dari atas helikopter komando ‘Israel’ saat Subuh, hari Senin, 31 Mei 2010.
Surya sempat dirawat di London Hospital di Kota Haifa RS Haifa, dan ditangani Magen David Adom (Bintang David Merah). Tiga hari setelahnya, ia dijemput Duta Besar Indonesia untuk Yordania, Zainulbahar Noor (kini Ketua Badan Amil Zakat Nasional/BAZNAS), dan dipindahkan ke Amman, Yordania.
Bantuan Baznas
Pihak penyelenggara mengatakan bahwa peringatan ini bukan untuk nostalgia, namun untuk merawat api perjuangan, semangat membangun keadilan dan menghapuskan penjajahan. Bahkan langkah ini menurut Zainulbahar Noor, yang harus dihadirkan setiap tahun.
“Hal ini agar dapat menginspirasi kaum muda betapa dunia masih memerlukan perjuangan bersama untuk perdamaian dunia,” katanya.
Dalam acara ini, secara khusus, BAZNAS memberikan bantuan dana sekolah sebesar Rp 15 juta kepada anak Surya Fachrizal, Abdil Barr, atas peran dan usanya membebaskan Palestina. “Hari ini 31 Mei 2022, semua korban Mavi Marmara memperingati insiden penyerangan Kapal Mavi Marmara oleh ‘Israel’. Untuk itu, sebagai bagian bantuan Zakat Muzaki Indonesia atas hal terkait dengan Palestina, kami memberikan bantuan dana sekolah bagi Abdil Barr Bin Surya Fakhrizal,” ujar Zainulbahar Noor, di Pusat Dakwah Hidayatullah, Jakarta, Selasa (31/5/2022).
Menurut Duta Besar RI untuk Yordania merangkap Otoritas Palestina (2009-2012) itu, bantuan ini merupakan perhatian BAZNAS terhadap semua upaya yang dilakukan atas keberpihakan para pejuang kemanusiaan terhadap Palestina. “Hal ini merupakan salah satu bentuk perjuangan dan kita harus memperhatikan perjuangan itu, dan karena Pak Surya merupakan salah satu korban dari insiden penembakan Kapal Mavi Marmara oleh ‘Israel’,” jelas Zainulbahar.
Dubes Palestina, Zuhair Al-Shun mengapresiasi BAZNAS yang ikut membantu perjuangan rakyat Palestina. “Kalau diceritakan tentang kekejaman ‘Israel’, tidak cukup waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk memgisahkannya. Kami mengapreasi dukungan rakyat Indonesia yang ikut berjuang untuk Palestina,” ujarnya.
Kapal kemanusiaan berbobot 12 ton ini membawa 600 relawan dengan membwa 10 ribu ton bantuan; berupa logistik, obat-obatan, material konstruksi, kursi roda dan lainnya untuk menjebol blokade ‘Israel’ di Gaza. Perjalanan awalnya digagas 6 Lembaga Swadaya Masyarakat Turki, Swedia, Yunani, Inggris, Amerika Serikat, yang bersepakat mengadakan konvoi kapal Freedom Flotilla.
Namun belum sampai tujuan, tepat tanggal 31 Mei 2010 waktu Subuh, sekitar pukul 4.30 (waktu Laut Mediterania) mereka diserang gerombolan tentara penjajah. Tepat pada pukul 9.00 sampai 14.30 relawan diborgol, dan mereka dijemur di atap kapal di tengah Laut Mediterania.
Pada pukul 17.00, kapal-kapal kemanusiaan diseret paksa ke Pelabuhan Ashdod, semua relawan diinterogasi sampai jam 3 dini hari, tentara zionis melakukan pemaksaan tandatangan dokumen palsu, mereka melakukan penyiksaan, pemeriksaan kesehatan, pengambilan sidik jari dan gambar retina mata.
Tepat pukul 3.00 – 6.00 (waktu Palestina), relawan dipindah dan dijebloskan ke penjara-penjara dibawah kendali penjajah. Akibat serangan bajak laut zionis-’Israel’, sebanyak 9 relawannya gugur dan sedikitnya 60 orang terluka. (Baca: Arsip Foto: Jangan Lupakan Tragedi Mavi Marmara).*