Hidayatullah.com– Dalam berdakwah sejatinya setiap umat Islam harus mengetahui seluk beluknya. Hal tersebut dikatakan Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), Dr Adian Husaini.
“Dalam berdakwah umat Islam perlu memahami peta peradaban; bukan hanya memahami percaturan politik global dan peta politik nasional,” kata Adian dalam acara Seminar Nasional dan Pelantikan Pengurus Dewan Da’wah Kota Tengerang Selatan, di Ciputat, Banteng, pekan kemarin (14/11/2020).
Lebih lanjut, Adian mencontohkan, dalam konteks percaturan peradaban saat ini, maka siapa pun presiden Indonesia, umat Islam tetap menghadapi tantangan hegemoni peradaban modern yang didominasi nilai-nilai sekuler.
“Lihat saja, gonta-ganti presiden, gonta-ganti menteri, konsep pendidikan, ekonomi, pembangunan tidak berubah,” ujarnya.
Karena itu, Ketum Dewan Da’wah mengajak para aktivis dakwah di keluarga besar Dewan Da’wah untuk mengembangkan cakrawala berpikir, jauh ke depan.
“Dewan Da’wah memiliki visi perjuangan mewujudkan Indonesia adil dan makmur tahun 2045. Dalam konteks pembangunan peradaban, Dewan Da’wah sedang berjuang mewujudkan institusi-institusi da’wah yang terbaik, terutama institusi pendidikan,” ucapnya.
Adian juga mengajak para pengurus dan jamaah Dewan Da’wah untuk mensyukuri karunia Allah yang diwariskan oleh para pendiri Dewan Da’wah, yaitu: warisan intelektual, aset-aset dakwah, dan warisan keteladanan.
Lalu, dia uraikan beberapa contoh keteladanan para tokoh Dewan Da’wah, khususnya Mohammad Natsir. Keteladanan itu mulai dari pemikiran dan sikap sebagai negarawan, sampai perilaku sehari-hari.
Dalam menjalankan dakwah, sambungnya, jangan ada sikap patah arang.
“Pak Natsir menjelaskan, bahwa dakwah itu seperti akar pohon yang lembut yang menembus celah-celah batu karang. Lama-lama, batu karang itu terbelah oleh akar pohon. Jadi, sekecil apa pun dakwah, tetap harus dilakukan,” pungkasnya.*