Hidayatullah.com- Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam keterangan resminya, Senin (28/01/2021) pagi menyebutkan, jumlah korban jiwa akibat gempa M6,2 di Sulawesi Barat bertambah menjadi 81 orang.
Hal ini berdasarkan data per Ahad (17/01/2021) pukul 20.00 WIB yang dilaporkan Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB.
Rinciannya, gempa M6,2 yang terjadi pada Jumat (15/01/2021) pukul 01.28 WIB atau 02.28 waktu setempat di Sulbar itu menelan korban jiwa 70 orang di Kabupaten Mamuju dan 11 orang di Kabupaten Majene.
BPBD Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju serta Kabupaten Polewali Mandar terus melakukan pendataan dan berkoordinasi dengan TNI – Polri, Basarnas serta relawan maupun instansi lainnya dalam proses evakuasi masyarakat terdampak.
“Selain itu, Pusdalops BNPB juga memutakhirkan data kerugian materil di Kabupaten Majene antara lain 1.150 unit rumah rusak yang masih dalam proses pendataan serta 15 unit sekolah terdampak,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati di Jakarta, Senin.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan para pengungsi, BNPB juga telah menyalurkan bantuan logistik ke Kelurahan Malunda, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene berupa 140 dus mie instan dan 10 dus air mineral pada Ahad (17/01).
Sebelumnya, katanya BNPB juga telah menyerahkan bantuan awal untuk operasional kebutuhan pokok penanganan Gempabumi Sulawesi Barat sebesar 4 miliar rupiah pada Sabtu (16/01). Bantuan tersebut diserahkan sebesar 2 miliar rupiah untuk Provinsi Sulbar dan masing-masing 1 miliar rupiah untuk Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene.
Selain itu, BNPB mendistribusikan 8 set tenda isolasi, 10 set tenda pengungsi, 2.004 paket makanan tambahan gizi, 2.004 paket makanan siap saji, 1.002 paket lauk pauk, 700 lembar selimut, 5 unit Light Tower, 200 unit Velbed, 500 paket perlengkapan bayi, 500.000 pcs masker kain, 700 pak mie sagu, dan 30 unit Genset 5 KVA.
Sementara itu, salah seorang pengungsi terdampak gempa Sulbar, Sabil, warga Desa Rantedoda, Kecamatan Tapalang, Mamuju, mengutarakan kondisinya di pengungsian.
“Alhamdulillah sampai hari ini (Ahad, 17/01/2021, red) kami masih sehat. Ibu saya menghawatirkan karena beliau sudah tidak bisa melihat sejak lama.
Di desa kami banyak rumah runtuh. Masjid di dusun tengah kampung kami runtuh. Dua orang meninggal karena reruntuhan, banyak orang luka-luka. Ada seorang warga yang meninggal di tenda pengungsian hari Jumat sore dan baru bisa dimakamkan 16 Januari karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan pemakaman. Di samping hujan lebat hari itu sampai pagi hari.
Sungai meluap sehingga kami susah mendapatkan air bersih. Tanggal 16 Januari kami sudah pindah ke perkampungan dengan mendirikan tenda di depan-depan rumah sampai hari ini tanggal 17,” tuturnya kepada hidayatullah.com kemarin.
Para relawan dari berbagai institusi terus bergerak dalam upaya penanggulangan dampak bencana tersebut. Laznas BMH bersama SAR Hidayatullah, misalnya, telah tiba di satu titik musibah yang menjadi pusat gempa bumi Majene (15/01/2021), tepatnya di Dusun Malatewa, Desa Mekkata Selatan, Kecamatan Malunda, Majene.
“Alhamdulillah hari ini (Ahad) telah didirikan Posko Bencana bersama ITS Peduli Bencana. Selain itu juga telah didirikan dapur umum untuk warga di Dusun Malatewa ini,” terang Koordinator Lapangan BMH Peduli Bencana, Syamsuddin kemarin (17/01/2021).*