Hidayatullah.com- Media sosial dewasa ini seringkali membuat para penggunanya tidak produktif. Alih-alih produktif, yang ada justru terjebak dalam perdebatan tanpa ujung di medsos. Hal demikian merupakan peringatan kepada para pengguna medsos.
Peringatan senada disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir yang berpesan agar warga Persyarikatan menghindari terjebak dalam perdebatan tiada habis di medsos. Haedar pun berpesan kepada umat terkhusus warganya agar lebih mengutamakan produktivitas positif sebagai karakter utama Persyarikatan.
Haedar menilai, terjebak dalam perdebatan semu yang tiada ujung hanya akan membawa umat pada kondisi kontra produktif dan terus tertinggal.
“Padahal ilmu saja itu bisa menghasilkan sesuatu, knowledge is power, ilmu itu menghasilkan kekuasaan. Kekuasaan uang, kekuasaan penghasilan, dan lain sebagainya. Tapi bagaimana kita bisa menghasilkan ilmu wong pengetahuan kita itu hasil dari serpihan-serpihan yang sampah yang ada di media sosial. Kita capek kirim ini kirim itu tapi tidak menghasilkan,” ujarnya pada forum Public Expose Lazismu Pusat terkait Hasil Survei Indeks Literasi Zakat Warga Muhammadiyah, Sabtu (27/02/2021) dikutip laman resmi Persyarikatan.
Haedar mengatakan, media sosial sekarang ini membuat tidak produktif. “Mereka yang di dunia akademik, yang di Muhammadiyah terbiasa membaca itu habis waktu untuk membaca produk-produk Whatsapp dan macam-macam itu yang seringkali selain hoaks itu adalah sampah menurut saya,” ujarnya melontarkan kritik.
Poinnya, kata dia, adalah ekosistem harus diciptakan produktif. “Jadi concern saya ke situ sering menyuarakan karena ingin Muhammadiyah makin maju, dan maju ini harus ada hasilnya,” ungkapnya.
Haedar menilai, kemajuan umat hanya akan terbukti kalau umat Islam punya program-program unggul dengan adanya pendirian pusat-pusat kemajuan (center of excellence) yang tak dapat diraih cuma lewat berdebat tanpa ujung di dunia maya.
“Bahwa perlu amar makruf nahi munkar itu saya pikir sudah DNA kita, tapi soal cara harus perlu ada reorientasi. Jadi orang ketika kita sampaikan kritik dengan argumen yang kuat lalu dengan narasi-narasi konstruktif yang saya pikir juga akan sampai juga,” sebut Haedar.*