Hidayatullah.com—Angota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon mengomentari kasus teror pesantren Habib Bahar bin Smith. Ia mengatakan, pengiriman tiga kepala anjing ke pesantren milik Habib Bahar sebagai teror jadul dan biadab.
“Teror ‘jadul’. Pembunuhan terhadap tiga anjing untuk menakuti Pesantren Habib Bahar Smith,” ungkap Fadli Zon melalui akun Twitter-nya pada Ahad (03/01/2022).
Fadli Zon juga menyebut Teror Pesantren Habib Bahar tersebut sebagai cara biadab dan menuntut agar pelakunya segera diusut. “Cara-cara biadab ini tak Pancasilais dan jauh dari ‘Revolusi Mental’. Harus diusut pelakunya,” ungkapnya.
Sebelumnya, Tim Advokasi (TA) Habib Bahar bin Smith (HBS) Aziz Yanuar menyampaikan kepada Hidayatullah.com pada Sabtu (01/01/2022), bahwa teror Pesantren Habib Bahar tersebut berupa dikirimkannya tiga kepala anjing berlumuran darah dan 3 buah balok ke kediaman HBS di Pondok Pesantren Tajul Alawiyin Bogor, Jawa Barat.
“Tindakan teror Pesantren Habib Bahar bin Smith dengan mengirimkan sebuah kardus bertuliskan ‘jangan dibuka’ yang berisi 3 buah balok kayu, dan 3 buah kepala anjing yang masih berlumuran darah dengan dibungkus plastik sekitar jam 03.00 dini hari di Pondok Pesantren Tajul Alawiyin Bogor adalah tindakan pengecut dan kerdil yang dilakukan ‘teroris asli’ yang tidak menginginkan kebenaran disuarakan oleh HBS, diduga pelakunya berkaitan erat dengan komplotan pembunuh 6 orang pengawal HRS,” ujar Aziz dalam siaran persnya, Sabtu.
Kejadian itu, jelasnya, berlangsung pada Jumat (31/12/2021) dinihari Waktu Indonesia Barat (WIT). Pelaku teror tersebut, kata Aziz, adalah teroris yang sebenarnya.
“Merekalah teroris dalam arti sesungguhnya, modus operandinya jelas yakni menebar ketakutan dan meneror siapapun yang dipandang tidak mendukung sesembahan mereka,” ujarnya tanpa menyebut siapa “mereka” yang dimaksud.
Para teroris itu adalah para pembenci kebenaran terhadap HBS, katanya. Aziz juga mengatakan pihaknya meminta kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas tindakan teror pengecut oleh “teroris asli pembenci kebenaran” yang dilakukan di kediaman HBS di Pondok Pesantren Tajul Alawiyin Bogor.*