Susu adalah minuman, makanan, sekaligus obat, bahkan Rasulullah ﷺ biasa meminum susu dari hasil perahan langsung
Hidayatullah.com | SUSU adalah karunia dari Allah SWT bagi penduduk bumi dan penghuni surga kelak. Ketika peristiwa Isra’ Mi’raj malaikat Jibril memberi dua wadah kepada Rasulullah Muhammad ﷺ yang berisi khamr dan susu. Rasulullah ﷺ pun memilih meminum susu. Malaikat Jibril lalu mengatakan seandainya dipilih khamr, maka umat Rasulullah ﷺ akan tersesat.
Rasulullah ﷺ termasuk orang yang gemar meminum susu. Beliau juga menganjurkan para sahabat minum susu dari binatang ternak, seperti kambing, unta, dan sapi.
Justru salah besar jika ada yang mengatakan secara mutlak susu berbahaya bagi semua manusia dewasa! Susu adalah minuman, makanan, dan juga obat.
Ilmuwan Muslim masa silam menganggapnya sebagai gidza ul dawa’ (nutrisi yang juga obat). Secara alami struktur susu sudah kompleks menjadikannya sebagai contoh obat alam yang kompleks (murakkab), sehingga dapat diurai menjadi tiga produk turunan, keju (jubniyyah), air (ma’iyyah), dan lemaknya yang disebut mentega (zubdiyyah).
Di artikel yang lalu sudah diuraikan mengenai cara mengambil unsur air dari susu untuk dibuat air dadih (ma’ul jubn) sebagai nutrisi bagi penderita kaheksia. Air dadih tersebut mengandung whey protein yang dapat meningkatkan massa otot.
Produk kedua adalah keju, dibuat dengan mengambil dadih dari yogurt atau memecah susu menggunakan enzim papaya, dibuat menjadi keju segar atau diawetkan menjadi keju tua. Rasulullah ﷺ mengonsumsi keju segar, juga keju tua seperti ketika perang tabuk.
Produk mentega (butter) yang diperoleh dari unsur zubdiyyah atau kepala susu, bahan baku clarified butter yaitu minyak samin (samn). Namun saat ini minyak samin di pasaran berasal dari minyak nabati.
Rasulullah ﷺ diketahui juga mengonsumsi mentega (butter) bersama dengan kurma. Susu yang terbaik menurut para ahli, seperti yang diuraikan dalam al-Adab Asy-Syar’iyyah (III/208) berasal dari wanita yang sehat dan bertubuh ideal.
Susunya berasa tawar agak manis, tidak terdapat rasa lain, seperti asam, pahit atau tajam (pedas) dan warnanya putih bersih. Setelah ASI, yang terbaik adalah susu hewan ternak yang masa kehamilannya tidak lebih lama dari waktu hamil manusia.
Tabiat hewannya juga mendekati tabiat manusia seperti sapi, kambing, domba, unta, dan kuda. Susu hewan terbaik berasal dari hewan yang digembalakan, memakan berbagai rumput yang tumbuh di alam.
Mengenai hal ini Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla ketika menurunkan penyakit pasti juga menurunkan obatnya, kecuali penyakit tua. Lalu hendaklah kalian meminum susu sapi, karena ia terkumpul dari berbagai macam tumbuhan.” (Riwayat Abu Dawud).
Al-Quran secara khusus telah menjelaskan manfaat susu dari hewan ternak.
وَاِنَّ لَـكُمۡ فِىۡ الۡاَنۡعَامِ لَعِبۡرَةً ؕ نُّسۡقِيۡكُمۡ مِّمَّا فِىۡ بُطُوۡنِهٖ مِنۡۢ بَيۡنِ فَرۡثٍ وَّدَمٍ لَّبَنًا خَالِصًا سَآٮِٕغًا لِّلشّٰرِبِيۡنَ
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS: an-Nahl [16]: 66).
Saat ini untuk menentukan kualitas susu layak minum dapat menggunakan metode Somatic Cell Count yang populer di seluruh dunia, karena dapat menandakan hewan penghasil susu tersebut sehat atau sakit.
Begini Rasulullah ﷺ Meminum Susu
1. Minum susu segar
Susu terbaik adalah yang diminum segar setelah diperah langsung dari hewan. Sebagaimana diketahui, Rasulullah ﷺ biasa meminum susu dari hasil perahan langsung hewan yang digembalakan, salah satunya terdokumentasi dalam hadits mengenai hijrah dan pertemuan Rasulullah ﷺ dengan Ummu Ma’bad RA.
2. Berdoa sebelum meminum susu
Dari Ibnu ‘Abbas RA, Rasulullah ﷺ bersabda;
مَنْ أَطْعَمَهُ اللَّهُ طَعَامًا فَلْيَقُلْ : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ , وَارْزُقْنَا خَيْرًا مِنْهُ , وَمَنْ سَقَاهُ اللَّهُ لَبَنًا , فَلْيَقُلْ : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ , وَزِدْنَا مِنْهُ , فَإِنِّي لَا أَعْلَمُ مَا يُجْزِئُ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ إِلَّا اللَّبَنُ
“Barangsiapa yang memakan suatu makanan yang dikarunikan oleh Allah, hendaknya ia berdoa: ‘Allahumma baarik lana fiihi (ya Allah, limpahkan keberkahan pada kami dalam makanan ini). Dan barangsiapa yang minum susu yang dikaruniai oleh Allah, hendaknya ia berdoa: Allahumma baarik lana fiihi, wa zidna minhu (ya Allah berilah keberkahan kepada kami dalam susu ini dan karunikan kami lebih banyak dari susu ini) karena aku tidak tahu satupun yang bisa menggantikan makanan dan minuman melebihi susu” (HR. Abu Daud 3245, Ibnu Majah 3321).
3. Mengencerkan susu dengan air
Terkadang susu saat diperah mengandung lebih banyak lemak, bisa pengaruh dari jenis hewannya atau musim ketika diperah. Maka dengan demikian susu dapat diencerkan dengan air.
“Dari Anas bin Malik RA bahwa kepada Rasulullah ﷺ disiapkan susu hasil perahan kambing peliharaan yang ada di rumah Anas bin Malik dan susu tersebut dicampur dengan air sumur yang ada di rumah Anas, lalu disuguhkan kepada Rasulullah ﷺ segelas minuman tersebut, lalu Rasulullah ﷺ meminumnya…” (Riwayat al-Bukhari no 2181).
4. Memasak susu dengan kerikil dan meminumnya malam hari
Jauh sebelum pasteurisasi dipopulerkan, bangsa Arab telah mengenal metode pemasakan susu. Selain itu, mereka terkadang memasak susu lalu mencemplungkan kerikil atau besi panas ke dalamnya, yang disebut dengan laban marduf.
Dalam Al-Mu’tamad (hal 322) dinyatakan dapat mencegah buang air besar (beser), menghilangkan buihnya dan menstabilkan temperamen susu yang dingin.
Ibnu Sayyar menyatakan metode ini berguna untuk mencegah bahaya susu bagi orang yang bertemperamen plegmatis (dingin-lembab). Juga berguna bagi penyakit batuk, TBC, luka usus, ginjal, dan kantung kemih.
وَيَرْعَى عَلَيْهِمَا عَامِرُ بْنُ فُهَيْرَةَ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ مِنْحَةً مِنْ غَنَمٍ فَيُرِيحُهَا عَلَيْهِمَا حِينَ تَذْهَبُ سَاعَةٌ مِنْ الْعِشَاءِ فَيَبِيتَانِ فِي رِسْلٍ وَهُوَ لَبَنُ مِنْحَتِهِمَا وَرَضِيفِهِمَا حَتَّى يَنْعِقَ بِهَا عَامِرُ بْنُ فُهَيْرَةَ بِغَلَسٍ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ تِلْكَ اللَّيَالِي الثَّلَاثِ
” Dan ‘Amir bin Fuhairah, budak yang dibebaskan oleh Abu Bakar menggembalakan kambing untuk diperah susunya dan diberikan kepada keduanya. Lalu memulangkan kambing-kambing tersebut ke kandangnya sesaat setelah berlalu waktu ‘Isya’. Lalu keduanya bermalam dengan mengonsumsi susu segar, yaitu susu hasil perahan kambing dan yang sudah dipanaskan (dengan dicelupi batu yang panas karena terik matahari), hingga Amir bin Fuhairah menggiring kambing-kambing tersebut untuk digembalakan kembali saat menjelang pagi. Dia melakukan ini pada setiap malam selama tiga malam persembunyian itu.”(HR. Al-Bukhari).
5. Berkumur setelah meminum susu
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَرِبَ لَبَنًا فَمَضْمَضَ وَقَالَ:
إِنَّ لَهُ دَسَمًا.
“Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah ﷺ setelah minum susu berkumur-kumur. Beliau lantas bersabda, “Sesungguhnya susu itu mengandung lemak.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Demikian cara Rasulullah ﷺ meminum susu. Susu perah bermanfaat untuk orang koleris (panas-kering) dan kurang baik bagi lansia, tapi bisa disiasati dengan mencampurkan gula atau madu ke dalamnya, sama seperti menyiasati orang plegmatis dengan metode laban marduf.
Ini hanya sedikit dari penjabaran metode pengobatan ala Nabi ﷺ dengan menggunakan susu. Semoga di kesempatan lain bahasan dapat dilanjutkan lebih mendalam. Insya Allah.*/Joko Rinanto, praktisi dan pengajar thibbun nabawi
Yuk bergabung dengan Gerakah Amar Ma’ruf Nahyi Munkar bersama Dompet Dakwah Media (DDM) Hidayatullah dakwah.media