Hidayatullah.com– Ketua Pembina Yayasan Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB), Suparno Satria, Jumat (26/05/2017), menjelaskan maksud pertemuannya dengan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Kantor PBNU, Jakarta, Kamis (25/05/2017).
Yaitu, menurut dia, untuk bersilaturrahim sekaligus membahas pernyataan Said tempo hari yang menuding nilai-nilai radikalisme tersebar di Masjid Salman ITB.
“Kami sebagai Pembina di Salman, tentunya merasa khawatir kalau-kalau kami ada kekurangan atau ada ketidakmampuan mendeteksi atau menangkap (nilai-nilai radikal di Salman), sehingga muncul pernyataan Kiai Aqil Siroj terhadap Salman,” ujarnya saat dihubungi hidayatullah.com, kemarin.
Baca: Gus Solah: Di Masjid Salman ITB Enggak Ada yang Radikal
Menurut Suparno, alasan Said bilang begitu bukan lantaran mendapat informasi dari siapa-siapa, melainkan karena pengalaman pribadinya ketika ceramah di Masjid Salman.
Waktu itu, tutur Suparno seperti diceritakan Said, ada jamaah Salman yang bertanya kepada Said. Pertanyaannya dianggap menyerang dan tendensius. Dan itu tidak hanya di tempat ceramah, tapi juga sampai mengejar Said ketika pulang.
“(Jadi) Said merasa orang-orang Salman begitu (Radikal. Red) semua,” ucapnya.
Mendengar penuturan Said itu, Suparno menjelaskan, pada dasarnya Salman sejak dulu berharap menjadi lembaga dakwah, khususnya untuk ITB, yang membangun tenaga-tenaga akademisi agar tidak hanya memiliki IPTEK, tapi juga IMTAQ.
Said katanya akhirnya mengakui kesalahannya atas persepsinya tentang Salman dan menyatakan permohonan maaf.
Suparno menambahkan, Masjid Salman ITB merangkul dan mengizinkan semua golongan berdakwah di Masjid Salman, kecuali yang menyimpang dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Suparno menangkap persepsi Said tentang radikalisme yang disebut di Masjid Salman itu tidak identik dengan paham umum yang berujung pada makna “teroris”.
“Persepsi beliau, sepanjang pemahaman kami hanya sebatas makna ‘pemaksaan kehendak’,” katanya.
Namun demikian, lanjutnya, ‘pemaksaan kehendak’ itu pun, dalam koridor nilai pembinaan Salman, tidak sesuai dengan dasar nilai-nilai akademik yang dijunjung tinggi oleh Salman.
Sementara itu, untuk mengonfirmasi, media ini menghubungi Said Aqil. Namun berkali-kali ditelepon nomor kontaknya tak kunjung diangkat, Jumat (26/05/2017) siang sekitar sebelum Jumatan waktu di Jakarta.
Sedangkan Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini saat dihubungi terpisah mengaku saat itu belum tahu persoalan tersebut.
“Saya belum tahu (soal itu. Red),” ujar Helmy saat dihubungi hidayatullah.com Jakarta via sambungan telepon, Jumat itu, siang. (Update: Ahad, 28 Mei 2017 pukul 13.44 WIB)* Andi