Hidayatullah.com–Sejumlah orang Yahudi penduduk Israel ternyata sudah belasan tahun memboikot produk-produk ‘dalam negeri’ mereka sebagai protes atas kekejaman Zionis terhadap bangsa Palestina. Bagaimana kita?
Mya Guarnieri, jurnalis asal Tel Aviv, semula meragukan efektivitas kampanye Boycott Divestment and Sanctions (BDS, boikot, divestasi, dan sanksi demi melawan Zionis secara ekonomi).
Namun, sebagaimana dilaporkan Al-Jazeera, dia memahami tiga prinsip utama gerakan ini: menghormati hak rakyat Palestina untuk kembali ke tanah air mereka –sebagaimana termaktub dalam resolusi PBB 194; mengakhiri penjajahan dan; memberi kesamaan hak bagi rakyat Palestina.
Namun Mya mengira aksi tersebut bukan saja tidak akan menolong, tapi malahan akan membuat Zionis semakin menancapkan taringnya.
Revolusi yang terjadi di Mesir kemudian mengubah pandangan Mya. Ia terkagum-kagum saat sekian banyak rakyat Mesir turun ke jalan demi menuntut perubahan.
Mya sadar bahwa saat ini penduduk Israel pun sudah muak dengan pemerintah mereka; termasuk kaum ibu yang tidak rela mengirimkan anak mereka ke pelatihan militer, dan tentara yang tidak lagi mau menjaga tanah jajahan.
Mya tidak sendiri. Kini semakin banyak warga Yahudi Israel yang turut memboikot produk asal “negara”-nya.
Menurut Mya, mereka sadar, apa yang terjadi di tanah Palestina bukan hanya soal penjajahan atau pendudukan.
Yang juga tengah terjadi adalah sebuah kerusakan berpikir di kalangan warga Israel dan pemerintahan Zionis yang menganggap penjajahan dan kekerasan atas bangsa Palestina ini merupakan suatu kewajaran yang harus dipertahankan.
Persamaan Hak
Seorang Yahudi lain bernama Ronnie Barkan, 34 tahun, menyatakan dia mulai memboikot semua hal yang berbau Zionisme 15 tahun yang lampau, ketika dia menolak menjalankan wajib militer.
“Ada begitu banyak tekanan sosial di Israel. Kami dididik agar menjadi tentara sejak taman kanak-kanak. Kepada kami ditanamkan keyakinan: menjadi bagian dari angkatan bersenjata adalah kewajiban kami. Jika tidak mau, maka kami dianggap parasit atau pengkhianat,” Barkan menuturkan isi hatinya.
“Lebih parah lagi,” Barkan menambahkan, “Kami dibesarkan dalam rasisme yang mendalam. Segalanya ditujukan untuk mendukung agar kaum Zionis mendapat hak istimewa di tanah ini. Saya tidak butuh hak istimewa. Saya melepaskan hak istimewa saya dengan mendukung BDS dan menuntut persamaan hak bagi semua.”
Barkan menegaskan, kampanye boikot ini tidak menarget individual, tetapi menyerang kebijakan kriminal pemerintahan dan institusi Zionis.
Bangsa Yahudi dari dalam Israel memboikot produk-produk yang mendukung Zionisme. Lalu bagaimana mungkin kita, yang mengaku saudara senasib sepenanggungan dengan warga Palestina, tidak risau saat mengonsumsi produk-produk pendukung Zionisme?
Sudah Saatnya
Maka sudah saatnya dunia bersatu memboikot, menginisiatifkan divestasi, dan memberi sanksi terhadap Zionis. Berpadu sebagai sebuah gerakan global yang dahulu berhasil mengakhiri rezim Apartheid di Afrika Selatan.
Sudah saatnya segenap energi kita kerahkan untuk mengajak keluarga, kerabat, dan sahabat kita untuk tidak lagi menjadi pendukung ekonomi Israel dengan mengonsumsi produk-produk Zionis. Cari tahu informasi produk-produk yang harus diboikot, salah satunya dapat dilihat di situs Inminds.
Lalu hindari membeli apa pun dari daftar perusahaan yang turut mendukung Zionisme tersebut.
Jangan sampai peluru-peluru yang digunakan Zionis untuk membantai anak-anak Palestina ternyata dibeli dengan uang belanja kita!*