Hidayatullah.com–Konvoi bantuan kemanusian baru Eropa tiba di Jalur Gaza, Ahad (26/02/2012) malam, datang dari Mesir di mana para delegasi peserta konvoi berkumpul dari berbagai benua Eropa. Mereka masuk Jalur Gaza melalui gerbang perlintasan darat Rafah yang memisahkan antara Jalur Gaza dan Mesir.
Para penyelenggara konvoi menegaskan bahwa jumlah peserta konvoi bantuan kemanusiaan Eropa ini mencapai lebih dari 75 relawan yang terdiri dari Belanda, Belgia, Italia, Spanyol, Portugis, Denmark, Inggris dan Prancis.
“Koordinator Eropa untuk Kerja Kemanusiaan Palestina” adalah pihak yang mengkoordinir pelaksanaan konvoi kemanusiaan ini. Ikut tergabung dalam penyelangngaran ini sejumlah lembaga-lembaga sosial yang aktif di benua Eropa. Mereka menegaskan bahwa konovi kemanusiaan ini bertujuan untuk meringankan beban warga Palestina yang diblokade di Jalur Gaza, sekaligus sebagai kesetiaan kepada warga yang sabar meskipun sudah diblokade sejak 6 tahun berturut-turut.
Menurut program konvoi eropa untuk solidaritas Palestina di Gaza, konvoi kemanusiaan Eropa ini akan tinggal di Jalur Gaza selama sepekan. Mereka akan membuka sejumlah proyek pengembangan, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan.
Selamatkan al Quds
Ketua Ikatan Ulama Palestina di Tepi Barat Syaikh Hamid Baitawi menegaskan bahwa al Quds adalah amanah di pundak semua orang Arab dan muslim. Khatib masjid al Aqsha ini menyerukan para peserta konferensi al Quds internasional di Doha yang diikuti oleh 350 tokoh Arab, Islam dan internasional, untuk membela al Quds dan masjid al Aqsha, beralih dari sekedar kata-kata menjadi tindakan nyata.
Syaikh Baitawi menegaskan urgensi al Quds secara agama, sejarah dan geografis. “Tidak ada nilainya Palestina tanpa al Quds dan tidak ada nilainya al Quds tanpa masjid al Aqsha,” ungkap Baitawi kepada kantor berita Arab quds press, Ahad (26/02/2012).
Dia menambahkan bahwa al Quds sudah semi teryahudisasikan, permukiman Zionis tersebut di semua penjuru, bahkan di dalam Kota Tua, di tengah upaya Israel untuk mengosongkan kota al Quds dari penduduk aslinya dan menggantinya dengan orang-orang asing yang tidak memiliki asal muasal di al Quds. Di samping pengepungan kota al Quds dengan tembok pemisah rasial yang menghimpit warga al Quds sehingga menghalangi masuknya warga Tepi Barat ke kota al Quds untuk shalat di masjid al Aqsha.
Dikutip Palestine Information Centre (PIC), Syaikh Baitawi meminta warga Arab dan kaum muslimin melakukan mobilisasi untuk pembebasan Palestina, al Quds dan masjid al Aqsha. Semua itu tidak bisa terlaksana hanya melalui konferensi-konferensi dan perundingan sia-sia, namun hanya melalui jalan jihad dan perlawanan saja, sebagaimana yang dilakukan Umar bin Khatab dan Shalahuddi al Ayyubi.*