Sebanyak dua juta orang atau 47,6% dari total 4,29 juta populasi rakyat Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Hal ini diungkapkan Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) saat memperingati Hari Anak Palestina yang jatuh setiap 5 April.
Seperti dikutip dari kantor berita Wafa, statistik demografi dan tren pada masyarakat Palestina menunjukkan, persentase jumlah anak-anak tersebut masih akan dominan selama beberapa tahun ke depan. Di antara sebabnya, tingkat kesuburan wanita Palestina dan rendahnya tingkat kematian bayi. Sebab lain semakin banyak yang menikah di usia muda.
Menurut data PCBS, sebelas dari seratus anak balita menderita kekurangan gizi kronis pada 2012, yakni 11,5% di Tepi Barat dan 10,4% di Jalur Gaza. Kondisi di Hebron tercatat paling tinggi yang mencapai 16,7%. Pada 2010, sekitar 3,7% anak balita di Palestina kekurangan berat badan. Persentasenya, 3,9% terjadi di Tepi Barat dan 3,5% di Jalur Gaza. Pada level propinsi, tingkatnya 5,6% dari Hebron, 4,8% Ramallah dan Al-Bireh serta 3,9% dari Jerusalem.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2011, penyebab utama kematian bayi di Tepi Barat adalah infeksi saluran pernafasan yang jumlahnya mencapai 39,7%. Sebanyak 42% di antaranya adalah anak laki-laki dan 37%-nya merupakan perempuan. Penyebab ke dua adalah kelahiran prematur lalu diikuti dengan cacat bawaan juga penyakit sepsis (keracunan darah).
Pada 2010, sebanyak 19,4% anak-anak usia 6-59 bulan menderita anemia. Sebanyak 25,6% di antaranya terjadi di Jalur Gaza dan 13,4% lainnya di Tepi Barat. Kegubernuran Qaliqiliya disebutkan paling banyak mencatat angka anemia. Jumlahnya mencapai 32,3%. Data kemiskinan 2011 menunjukkan bahwa 14,5% rumah tangga di Tepi Barat menderita kemiskinan dimana sebagian besarnya terutama dialami mereka yang memiliki anak.