Hidayatullah.com–Jaksa pengadilan Israel menuntut 8 bulan penjara bagi Syeikh Raid Sholah, pemimpin Gerakan Islam di Palestina tahun 1948 di samping sejumlah denda sejumlah uang.
Dalam persidangan yang digelar Senin (12/05/2014) pengadilan mendengarkan tuntutan yang diajukan jaksa bagi Sholah.
Seorang hakim pengadilan Israel, Ehud Gordon dalam persidangan 10 April lalu mengecam sikap Syeikh Sholah yang menghambat kerja polisi saat menunaikan tugas, klaimnya.
Sementara itu pengacara Avegdor Fildman yang membela Syeikh Sholah menyatakan, tuntutan ini sangat aneh, karena tak ada kasus serupa, dan pemilihan syeikh Sholah sebagai terdakwa merupakan pengecualian, dan seharusnya tidak diberlakukan.
Kasus yang menimpa syeikh Sholah berawal pada 16 April 2011 lalu, saat beliau kembali melalui perlintasan An-Nabi dari Yordania usai menunaikan ibadah umrah bersama istri. Beliau diperiksa dan barang-barangnya, kemudian tiba saat pemeriksaan istri beliau, pihak polisi hendak memeriksanya secara memalukan, dan hendak memeriksa seluruh tubuhnya. Kemudian istri beliau menolak dan berteriak, yang membuat syeikh Sholah melawan dan mencegah tindakan tersebut, karena polisi hendak melecehkan kehormatan istrinya dan membuka auratnya.
Dalam konteks ini, syeikh dan istri beliau menolak pemeriksaan ini. Saat itu Syeikh Sholah ditahan dengan tuduhan menghambat kerja polisi. Beberapa kali persidangan telah digelar dalam kasus ini.
Syeikh Raid Salah dinyatakan bersalah oleh ‘Israel’ karena dianggap menghasut dalam khutbah Wadi Al-Jauz yang disampaikan pada Jumat, 16 Februari 2007. Khutbah yang menyerukan gerakan Intifadah ketiga tersebut disampaikan 10 hari setelah bagian depan Masjid Al-Aqsha dihancurkan oleh ‘Israel’, demikian dikutip Pusat Informasi Palestina (PIC).
Syeikul Aqsha
Syeikh Raid Salah lahir 10 tahun sesudah Zionis memproklamasikan negara fiktif bernama “Israel” di atas tanah rampokan Palestina (14 Mei 1948). Kepada Sahabat Al-Aqsha tahun 2010 silam ketika sama-sama berada di atas kapal Mavi Marmara, Syeikh Raid Salah menyatakan, bahwa perjuangan yang dilakukannya tidak menggunakan senjata.
Syeikh Raid Salah juga dikenal sebagai “Syeikhul Aqsha” karena berkali-kali dipenjara oleh penjajah Zionis karena tanpa kenal lelah dan takut menyebarluaskan berbagai fakta kejahatan ‘Israel’ atas Masjidil Aqsha dan umat Islam di sekitarnya.
Di antaranya beliau memperjuangkan diajarkannya kembali pendidikan bahasa Arab fushah di kalangan anak-anak Palestina yang selama puluhan tahun berusaha dipunahkan oleh penjajah Zionis. Bahasa Arab fushah merujuk tata bahasanya kepada tata bahasa Al-Quran.*