Hidayatullah.com–Perusahaan penyedia layanan seluler terbesar di Israel Orange dikabarkan akan berhenti beroperasi pada Februari, demikian kutip koran Tel Aviv Ha’aretz Senin (04/01/2016) melaporkan.
Berita ini datang delapan bulan setelah sebuah kampanye boikot internasional dilancarkan kepada Orange atas dukungannya pada serangan Israel tahun 2014 di Gaza dan keterlibatannya di dalam penjajahan Israel di Tepi Barat.
Perusahaan telekomunikasi Prancis ini ditemukan telah bergabung dengan penjajah Israel, dengan membuat sebuah unit militer yang bertugas di lokasi dimana ratusan penduduk sipil terbunuh. Demikian kutip Electronic Intifada.
Orange telah beroperasi di Israel melalui kesepakatan waralaba dengan perusahaan yang secara independen dimiliki oleh perusahaan Partner Communications Ltd.
Perusahaan Partner diharuskan membayar sejumlah royalti dan membagi keuntungannya karena penggunaan nama brand Orange.
Melalui persetujuan ini, Orange telah berpartisipasi di dalam pelanggaran sistematis melawan hak asasi rakyat Palestina, berdasarkan sebuah investigasi yang dipublikasikan tahun lalu oleh koalisi organisasi tenaga kerja dan pembela hak asasi manusia Prancis dan Palestina.
Sebuah kampanye tanpa henti yang dilakukan aktivis Prancis terpaksa meminta Orange menghentikan bisnisnya di pemukiman Israel mendapat dorongan besar Mei lalu ketika kelompok aktivis BDS Mesir menghimbau untuk memboikot Mobinil.
Mobinil memiliki 33 juta pelanggan mobile di Mesir.
Orange, secara langsung maupun melalui cabang-cabangnya, memiliki sekitar 250 juta konsumen di lusinan negara termasuk Prancis, Belgia, Moroko, Yordania, Tunisia, dan Iraq.
Kejahatan Perang Gaza
Kampanye boikot oleh Elektronic Intifada dengan mengekspose keterlibatan langsung Orange dalam perang Israel pada musim panas 2014 di Gaza.
Orange Israel telah menyediakan bahan bantuan langsung pada tentara Israel yang berpartisipasi dalam serangan mematikan yang menewaskan lebih dari 2.200 warga Palestina dan menghancurkan banyak bangunan di wilayah pesisir.
Firma tersebut juga mensponsori dua unit militer Israel, yang salah satunya – batalion tank “Ezuz” – yang berperan dalam serangan di Gaza dan aktif berada di lokasi di mana ratusan warga sipil Palestina dibunuh.
Pada Juni, CEO Orange Stephane Richard di Kairo mengumumkan bahwa dia akan mengakhiri kontrak dengan Partner Communications “besok” jika dia tidak terikat kontrak wajib.
Terlepas dari reaksi marah pemerintah Israel, Orange mengubah kontrak mereka dengan Partner sehingga mereka dapat keluar dari negara itu secepatnya pada tahun 2017, yang seharusnya terjadi pada 2025.
September Orange berkontribusi dalam sebuah program pemasangan internet di Israel bernilai 17 juta dollar.
Menurut Ha’aretz, Partner akan menerima 54 juta dollar sebagai kompensasi dari Orange atas berakhirnya penggunaan merknya.
Bulan Juni lalu, CEO perusahaan Orange, Stephen Richard mengumumkan di Kairo, Mesir kelompok usahanya bermaksud mengakhiri hubungan dengan operator Israelnya, Partner sehubungan dengan kegiatan permukiman Yahudi di Palestina, Tepi Barat Sungai Jordan.
“Saya ingin menghentikan ini. Tapi saya tak ingin membuat Orange menghadapi tingkat risiko tinggi dan hukuman yang dapat benar-benar dapat jadi cukup besar buat perusahaan,” kata Richard.
Perusahaan Israel itu sekarang harus melakukan kampanye rebranding yang mahal dan beresiko.
Partner dikendalikan oleh taipan Israel Amerika Haim Saban, seorang penyandang dana besar inisiatif propaganda anti Palestina dan seorang penyumbang utama calon presiden AS dari Partai Demokrat Hilary Clinton.
Juli lalu, Clinton menyerukan agar bergabung dengan Saban untuk melawan balik gerakan boycott, divestment, dan sanction (BDS).
Gerakan Boikot
Sebelum ini, aktivis BDS Mesir giat mengampanyekan aksi boikot terhadap perusahaan telepon seluler (ponsel) Mobilini. Kampanye dilakukan menyusul adanya bukti keterlibatan perusahaan induk Mobilini, Orange dalam kejahatan penjajah Zionis di Palestina.
Dalam konferensi pers beberapa waktu lalu, juru bicara aksi Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS) Mesir mendesak para pelanggan Mobilini untuk segera mengganti operator mereka. Peraturan di Mesir memungkinkan konsumen mengganti operator seluler mereka tanpa perlu mengganti nomor telepon.
Aksi boikot akan terus dilakukan sampai Orange menarik diri dari Israel dan berhenti mendukung aksi penjajahan Zionis di tanah Palestina. Orange tercatat sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka. Baik secara langsung maupun melalui anak-anak perusahaannya, Orange memiliki sekitar 250 juta pelanggan dari puluhan negara.
Orange beroperasi melalui berbagai kesepakatan bisnis. Di Inggris, misalnya, Orange beroperasi lewat EE lalu di Belgia perusahaan ini lebih dikenal dengan nama Mobistar, di Moroko sebagai Médi Télécom dan di Irak sebagai Korek Telecom.
Mobilini sendiri memiliki pelanggan yang tak sedikit di Mesir. Tercatat ada 33 juta pelanggan operator Mobilini di Mesir. Orange memiliki sekitar 99% saham Mobilini. Bulan April lalu, Electronic Intifada berhasil mengungkap keterlibatan Orange dalam serangan mematikan penjajah Zionis di Gaza musim panas lalu yang menewaskan lebih dari 2.200 warga Palestina. Orange terbukti mendukung secara langsung militer Zionis, khususnya angkatan bersenjata Ezuz.
Aksi boikot terhadap Mobilini ini merupakan kampanye BDS pertama di Mesir. BDS di Mesir ini baru terbentuk untuk mendukung rakyat Palestina. Menurut BDS Mesir, sejauh ini sebanyak sepuluh partai politik dan beberapa serikat dagang sudah memboikot Mobilini.
Laporan yang dirilis oleh sebuah organisasi buruh dan HAM pro-Palestina pada bulan Mei menyebutkan bahwa lewat “Partner”, Orange mengoperasikan ratusan menara telekomunikasi dan beberapa infrustruktur lainnya pada sebagian besar lahan milik rakyat Palestina yang direnggut oleh penjajah Zionis.*/Nashirul Haq AR