Hidayatullah.com–Ketua Harakah Islam di Palestina yang terjajah Syeikh Raed Salah (Raid Shalah) akhirnya ibebaskan setelah 9 bulan ditahan oleh rezim Zionis-Israel.
Setelah bebas dari penjara Syeikh Raed Saleh mengungkapkan dirinya menolak tawaran Otoritas Pemerintahan Zionis untuk mengadakan pertemuan dengan PM Benyamin Netanyahu atau Menteri Dalam Negeri Aryeh Deri.
Ulama yang dijuluki “Syeikhul Aqsha” ini menolak tawaran tersebut karena tidak mau bernegosiasi dalam persoalan Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha). Tawaran tersebut diberikan dalam sidang terakhir, Kamis (12/01/2017) lalu, sebelum ia bebas. Hal ini ia ungkapkan dalam acara penyambutan kebebasannya di Umm Al-Fahm.
“Telah saya sampaikan kepada penjajah ‘Israel’ beserta badan intelijen mereka bahwa persoalan Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) tidak akan tunduk di bawah negosiasi, karena urusan Baitul Maqdis lebih mulia ketimbang itu semua. Saya sampaikan bahwa mereka tidak berhak, dalam konteks ini, hanya bernegosiasi dengan saya, tetapi dengan Islam dan Al-Quran,” tegasnya dalam pidato yang disampaikan pada acara penyambutan di Kota Umm Al-Fahm dikutip sahabat al Aqsha.
Ia menegaskan, penyekapan atas dirinya sama sekali tidak memperlemah dirinya, bahkan justru semakin menguatkan konsistensi dalam membela asas-asas persoalan Palestina dimana persoalan Baitul Maqdis menjadi yang paling utama.
“Sebelum penangkapan sama-sama kita teriakkan, ‘Dengan ruh dan darah kami bela kau, wahai Aqsha.’ Dan hari ini setelah saya dibebaskan kita masih meneriakkan syiar ini. Dan syiar yang paling membuat penjajah ketakutan adalah syiar yang saya teriakkan: ‘Al-Aqsha dalam bahaya!’”
Syeikh Raed Salah juga mengirimkan pesan kepada penjajah, “Meskipun kalian terus menerus berusaha menghancurkan, ketahuilah, asas pendirian kami tidak akan bisa kalian hancurkan. Kami akan teguh berdiri dengan asas keislaman, kearaban dan kepalestinaan.”
Syeikh Raed dihukum penjara sejak Mei 2016 dengan tuduhan menghasut dan membenci Israel.
Selasa pagi, Syeikh Raed dibebaskan dari Penjara Eshel, Beersheba disambut oleh ibu, anggota keluarga dan teman-teman mereka dari Gerakan Islam Palestina 1948.
Selama embilan bulan, Syeikh Raed Salah khatam membaca 80 buku, menulis empat buku, dan menggubah 23 syair perjuangan. Menurut Syeikh Raed Salah, salah satu buku yang ia tulis berbicara tentang rincian pengalaman hidupnya selama di penjara Zionis. Sedangkan 23 syair gubahannya hampir semua berbicara tentang persoalan Palestina, yakni Baitul Maqdis, Masjidil Aqsha dan para tawanan di penjara zionis. Ada pula beberapa yang berisikan munajat kepada Allah Rabb semesta alam.
Kepada PIC, pejuang Hamas menilai penahanan Syeikh Raed Shalah membuktikan kegagalan penjajah Zionis Israel dalam merealisasikan rencan-rencana terhadap Masjid Al-Aqsha dan bahwa pembebasannya merupakan kemenangan tekad dan kegigihan warga Palestina yang berjaga di masjid Al-Aqsha dan semua pejuang yang membela Al-Quds dan masjid suci ketiga itu.
Hamas berharap kepada Allah agar Syeikh Raid tetap menjadi suara keras membela Al-Quds dan Masjidil Aqsha.*