Hidayatullah.com–Pejuang Hamas siap untuk berunding secara tidak langsung dan sesegera mungkin mengenai pertukaran tahanan dengan ‘Israel’ setelah kedua belah pihak membalas Mei lalu. Ketua sayap politik Hamas, Yahya Sinwar, mengatakan sekarang ada peluang nyata untuk melakukannya.
“Kami siap untuk negosiasi tidak langsung dalam waktu dekat untuk menyelesaikan masalah ini,” katanya saat kunjungan kepala mata-mata Mesir Abbas Kamel dikutip AFP.
Abbas saat ini dalam misi untuk memperkuat gencatan senjata yang dilakukan di Kairo antara ‘Israel’ dan Hamas pada 21 Mei setelah 11 hari pembalasan Hamas ‘Israel’. Para pejabat kesehatan mengatakan serangan udara di Gaza menewaskan 254 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak.
Roket dan tembakan lainnya dari Gaza merenggut 12 nyawa di ‘Israel’, termasuk seorang anak dan remaja Arab-’Israel’. Seorang pejabat Hamas yang tidak disebutkan namanya mengatakan pembicaraan Gaza difokuskan pada tiga hal, yaitu memperpanjang gencatan senjata jangka panjang, pertukaran tahanan dan rekonstruksi Gaza.
Antara 10 dan 21 Mei, Jalur Gaza mengalami kerusakan parah dan bantuan internasional untuk pembangunan kini mulai disalurkan, termasuk Mesir dan Qatar, masing-masing menyumbang 500 juta AS Dolar. Sinwar mengatakan Hamas tidak keberatan bernegosiasi tentang rekonstruksi serta mengakhiri pengepungan ‘Israel’ selama satu dekade dan pada saat yang sama, bernegosiasi tentang pertukaran tahanan.
“Namun, kami jelas menolak hubungan antara dua aspek ini,” katanya tanpa merinci berapa banyak tahanan yang bisa dibebaskan.
Di Kairo, Menteri Luar Negeri ‘Israel’ Gabi Ashkenazi mengangkat isu dua tentara yang diduga tewas dan dua orang ‘Israel’ diyakini ditahan di Gaza. Sejak invasi ‘Israel’ ke Jalur Gaza tahun 2014, pejuang Hamas telah menahan mayat tentara ‘Israel’, Oron Shaul dan Hadar Goldin, meskipun Hamas tidak pernah mengkonfirmasi kematian mereka.
Hamas juga diyakini menahan dua orang ‘Israel’ karena memasuki Gaza, yang keluarganya mengklaim keduanya memiliki masalah kesehatan mental. Sementara itu, ‘Israel’ diyakini menahan lebih dari 5.000 warga Palestina di penjara-penjaranya.*