Hidayatullah.com–Sekitar 6300 keluarga Palestina melibatkan 35 ribu penduduk di Gaza masih tidak memiliki rumah setelah serangan penjajah Israel pada 2014, lapor Dewan Pengungsi Norwegia (NRC).
Ayah dari empat anak di Gaza, aali al-Sheesh memberitahu NRC, dia telah menghabiskan sisa hidupnya bersama keluarga selama tiga tahun dalam sebuah tenda.
Sampai hari ini katanya, dia masih menunggu kabar rumahnya dibangun kembali sejak perang dahsyat itu.
“Kami masih hidup karena belum sampai ajal lagi. Namun bagi kami, lebih baik jika mati, karena pada saat itu kami tidak lagi menghadapi masalah seperti ini, “katanya dikutip Twitter NRC dikutip laman middleeastmonitor (MEMO).
Berdasarkan laporan NRC juga, puluhan ribu warga Palestina dilaporkan masih berpindah ke daerah pantai susulan kehancuran yang dihadapi oleh warga Jalur Gaza yang dikepung tiga tahun setelah serangan itu.
“Dari 11.000 rumah yang hancur ketika perang, hanya kurang sepertiga dibangun kembali,” kata laporan itu, menambahkan bahwa banyak keluarga ini terus tinggal di tenda selama tiga tahun yang lalu.
NRC mengatakan, sejauh ini 8,135 rumah belum dibangun dan tercatat 160.000 rumah rusak parah akibat perang.
Sampai pertengahan tahun 2017, hanya 30 persen dari dana yang dijanjikan untuk rekonstruksi di Gaza telah diberikan.
Baca: 100 Juta Dollar Kembali Digelontorkan Qatar Untuk Gaza
Sebagaimana diketahui, 46 persen dari jumlah semen untuk pembangunan kembali perumahan di Gaza masih dibutuhkan saat ini.
PBB telah memperingatkan bahwa Jalur Gaza akan menjadi daerah yang tidak dapat dihuni penduduk pada tahun 2020. Ia merujuk kepada kehancuran perang dan efek lumpuhan pembatasan penjajah Israel, sementara 80 persen penduduk Gaza mengandalkan bantuan kemanusiaan.*