Hidayatullah.com – Kehidupan warga Palestina di Gaza yang sudah kehilangan tempat tinggal dan mengungsi di pengungsian kini semakin berat. Tak hanya ancaman dari pemboman ‘Israel’, kini mereka harus berhadapan dengan musim hujan yang semakin dekat.
Bahkan, hujan berdurasi singkat saja cukup untuk merobohkan dan membanjiri tenda yang menjadi tempat bernaung mereka. Hal itu membuat 2 juta warga Palestina di pengungsian tidak memiliki tempat berlindung selain langit.
Muhammad Abdullah Kobi, warga Palestina yang mengungsi ke Kamp Pengungsian Nusairat di Gaza tengah bersama keluarganya, menggambarkan kondisi tenda mereka yang robek dan rubuh akibat hujan. Tanah tempat mereka mendirikan tenda juga tidak layak untuk ditinggali.
Ketika hujan mengguyur Gaza, tenda-tenda dibiarkan tergenang air karena tidak adanya terpal tahan air dan peralatan lain, membuat bertahan hidup di musim dingin semakin sulit di tengah pemboman ‘Israel’.
“Hujan turun sekitar satu jam, dan inilah hasilnya. Apa yang akan kami lakukan jika hujan turun berhari-hari? Tidak ada tempat yang aman atau layak huni untuk kami tinggali – tidak ada rumah, bahkan karavan. Kami bahkan tidak memiliki obat untuk anak-anak kami ketika mereka jatuh sakit,” kata Kobi.
Di Deir al-Balah, warga lain mengungkapkan rasa frustasinya terhadap kebisuan dan kelambanan dunia internasional setelah hujan membasahi kasur dan selimutnya. Kepada Anadolu, Ahmed Abdullatif mengatakan, “Orang-orang sepertinya menikmati penderitaan para wanita dan anak-anak kami.”
Hal yang sama juga dialami Fatma, seorang jurnalis dari Gaza. Saat diwawancarai Anadolu ia tampak sedang menjahit tenda keluarganya yang robek, sementara suaminya berusaha menyelamatkan harta benda yang mereka miliki ketika hujan menggenangi barang-barang mereka.
“Berapa lama lagi kami harus menanggung tragedi ini?” tanya suaminya, Khalid kepada Anadolu, ia memohon masyarakat internasional untuk segera bertindak mengakhiri serangan ‘Israel’ di Jalur Gaza.
74 persen tenda tidak layak pakai
Kantor Media Pemerintah di Gaza mengeluarkan permohonan kemanusiaan darurat pada 14 September lalu, yang mendesak perlindungan bagi dua juta warga Palestina yang mengungsi di Gaza menjelang musim dingin.
Dalam sebuah pernyataan, Kantor Media mengungkapkan bahwa 543 tempat telah menjadi pusat pengungsian ada di Gaza akibat perang dan kejahatan pemindahan paksa oleh Israel, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan internasional.
Namun, penilaian lapangan pemerintah memperkirakan bahwa 74% dari tenda pengungsi Palestina sudah tidak layak pakai, dan 100.000 dari 135.000 tenda harus diganti karena rusak total.
“Tenda-tenda ini terbuat dari kayu, nilon, dan kain, yang telah rusak karena panasnya matahari dan kondisi cuaca di Gaza. Tenda-tenda ini tidak lagi dapat digunakan, terutama setelah 11 bulan terus menerus mengungsi, yang menyebabkan kondisi yang tidak manusiawi ini,” bunyi permohonan darurat tersebut.
Pasukan penjajah ‘Israel’ juga melarang masuk seperempat juta tenda ke Jalur Gaza, yang semakin menambah penderitaan para pengungsi Palestina, yang “tidak memiliki tempat berlindung selama musim dingin, dipaksa untuk tidur di tanah dan menutupi diri mereka sendiri dengan langit.”